Salin Artikel

Pilkada Kota Bandung 2024, Daftar Nama 4 Paslon dan Visi Misinya

KOMPAS.com - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 Kota Bandung, Jawa Barat, diikuti empat pasangan calon (paslon) wali Kota dan wakil walikota. 

Setiap calon memiliki latar belakang dan pengalaman dan menawarkan visi serta gagasan yang beragam. Berikut adalah profil lengkap masing-masing pasangan calon:

1. Dandan Riza Wardhana – Arif Wijaya (Nomor Urut 1)

Pasangan ini diusung PDI-P dan Partai Demokrat. Dandan Riza Wardhana dikenal sebagai figur berpengalaman di bidang tata kelola pemerintahan. 

Dengan dukungan dua partai besar, pasangan ini diharapkan dapat membawa pendekatan kebijakan yang sistematis dan berbasis data. 

Sementara itu, Arif Wijaya hadir sebagai figur muda yang dinamis dengan komitmen untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.

2. Haru Suandharu–Ridwan Dhani Wirianata (Nomor Urut 2)

Pasangan ini diusung PKS dan Partai Gerindra. Haru adalah politisi senior yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD. 

Bersama Ridwan Dhani, seorang aktivis muda, pasangan ini menawarkan kolaborasi antara pengalaman legislatif dan semangat generasi muda. 

Mesin politik PKS yang solid serta pengaruh besar Gerindra memberikan keunggulan kompetitif untuk pasangan ini, terutama di saat-saat terakhir menjelang pencoblosan.

3. Muhammad Farhan – Erwin Setiawan (Nomor Urut 3)

Pasangan ini diusung Partai NasDem dan PKB. Sosok Muhammad Farhan dikenal luas sebagai mantan anggota DPR RI dan tokoh media serta menjadi salah satu figur paling populer dalam kontestasi ini. 

Pengalaman publiknya dan hubungan baik dengan masyarakat menjadi aset penting. 

Bersama Erwin Setiawan, yang memiliki pengalaman sebagai profesional muda di berbagai sektor strategis, pasangan ini menawarkan visi inklusif untuk menjadikan Bandung lebih maju. Fokus mereka juga mencakup peran aktif generasi muda dalam politik.

4. Arfi Rafnialdi – Yena Masoem (Nomor Urut 4)

Pasangan ini diusung Partai Golkar, PSI, dan PAN. Arfi Rafnialdi adalah sosok yang dikenal lebih banyak bekerja di balik layar dalam pengelolaan pemerintah. 

Dengan pengalaman tersebut, ia menawarkan pendekatan teknokratik dalam memimpin kota Bandung. 

Yena Masoem, berasal dari keluarga pebisnis ternama, membawa perspektif inovatif dalam pembangunan ekonomi kota. Kombinasi ini memberikan alternatif menarik bagi pemilih perkotaan yang menginginkan perubahan berbasis kemampuan manajerial.

Persaingan paslon

Dari keempat pasangan calon, dua nama mencuat sebagai pesaing terkuat: Haru Suandharu-Ridwan Dhani (nomor urut 2) dan Muhammad Farhan-Erwin Setiawan (nomor urut 3). Popularitas Farhan menjadi keunggulan utama, sementara Haru-Dhani memiliki basis dukungan solid dari PKS yang dikenal efektif di lapangan.

Menurut pengamat politik Firman Manan dari Universitas Padjadjaran, perolehan suara kedua pasangan diprediksi sangat tipis. 

Haru-Dhani diuntungkan oleh mesin politik yang bekerja intensif, sedangkan Farhan-Erwin mengandalkan figur populer dengan rekam jejak di jabatan publik.

Kesempatan warga Bandung

Karakteristik pemilih Kota Bandung yang kritis dan berdaya informasi turut membuat Pilkada ini semakin menarik. Setiap paslon menghadirkan beragam pilihan dari latar belakang birokrat, politisi, hingga teknokrat dan profesional muda. 

Ini menjadi kesempatan bagi warga Bandung untuk memilih pasangan yang mampu membawa perubahan sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka. 

Siapa pun pemenangnya, Kota Bandung memerlukan pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi juga memiliki integritas dan kemampuan membawa kota ini menuju masa depan yang lebih baik.

https://bandung.kompas.com/read/2024/11/27/064050578/pilkada-kota-bandung-2024-daftar-nama-4-paslon-dan-visi-misinya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com