Egis Gunawan (35 tahun), salah seorang warga Kampung Cihonje, mengatakan, pergerakan tanah dimulai dari retakan yang terjadi pada Senin (2/12/2024) di dinding salah satu rumah warga di RT 1.
Retakan kemudian menjalar ke tempat lain di kampung tersebut.
“Saya dapat informasi dari teman bahwa rumahnya (dinding) retak, tapi belum besar (hari Senin). Saya keliling kampung, ternyata retakan ada panjang. (Hari Rabu) subuh itu mulai (tanah) bergerak lagi, jam 7 pagi (Rabu), kemudian (rumah) ada yang ambruk,” kata Egis saat ditemui awak media di Kampung Cihonje, Rabu (4/12/2024) petang.
Pada Rabu pagi, warga sudah mulai diungsikan ke kantor Desa Cihonje.
Kini warga Kampung Cihonje RT 1 RW 6 bermalam di tempat pengungsian tersebut.
Ditemui di lokasi yang sama, Wawan selaku Ketua Rt 1 RW 6 mengatakan, warganya yang terdampak ada sekitar 40 kepala keluarga.
“Ada 40 KK, 127 jiwa (mengungsi),” jelas Wawan.
Hal tersebut dirasakannya saat pintu rumahnya tak dapat ditutup dengan sempurna.
Kemudian, Wawan pun mengecek keramik masjid yang juga mengalami pergeseran.
Bahkan, toilet masjid pun sudah berpindah tempat ke arah bawah karena pergerakan tanah.
Pantauan Kompas.com di lokasi, beberapa bagian rumah sudah mulai ambruk dan mayoritas terdapat retakan pada area tembok rumah atau pada halaman, termasuk pada jalan di RT tersebut.
Selain itu, tanah yang mulai mengalami pergerakan mudah bergoyang ketika terinjak atau hanya sekadar dilintasi.
Seluruh warga di RT 1 kini sudah mengungsi. Kediaman mereka kini seluruhnya dikosongkan dan listrik pun turut dipadamkan.
https://bandung.kompas.com/read/2024/12/04/203825478/127-warga-di-1-rt-di-sukabumi-mengungsi-akibat-tanah-bergerak-rumah-roboh