Petisi tersebut pertama kali disebar oleh akun Instagram Sapan Bersuara dan ramai diperbincangkan di jagat sosial media.
Hingga hari ini, Kamis (5/12/2024), petisi tersebut sudah ditandatangani oleh 501 warga yang menyepakati agar pemerintah Kabupaten Bandung segera menangani banjir yang sudah bertahun-tahun kerap merendam Jalan Raya Sapan.
Rifqi Arya Purwa, inisiator dari petisi tersebut, menjelaskan alasan dia membuat petisi itu.
Menurutnya, petisi itu dibuat lantaran hingga hari ini pemerintah belum bisa mengatasi banjir di Sapan.
Bahkan, kata dia, banjir di Jalan Raya Sapan sudah memasuki hari ke-10, dan masih belum terlihat surut.
Sebagai warga Sapan, Rifqi mengaku sangat terganggu.
Warga lain pun, kata dia, resah lantaran mobilitasnya jadi terganggu.
"Banjir ini sudah sekitar 8-10 hari, bahkan lebih. Setiap harinya banjir itu tidak surut karena memang airnya mengendap, di situ tidak ada drainase yang memadai. Jadinya meresahkan masyarakat, karena mobilitas masyarakat itu jadi terganggu," katanya dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (5/12/2024).
Rifqi mengaku telah membentuk forum Sapan Bersuara untuk menyalurkan persoalan tersebut.
Nantinya, dia bakal mengundang berbagai tokoh masyarakat maupun aliansi masyarakat sekitar untuk ikut mendesak Pemkab Bandung agar mengatasi banjir di Sapan.
Pasalnya, solusi dari pemerintah sudah sangat dibutuhkan.
"Kami juga akan coba mengundang organisasi-organisasi kepemudaan untuk menuntut pemerintah dalam memberikan solusi, khususnya dalam perbaikan sistem drainase, dengan manajemen penanggulangan yang efektif dan berkelanjutan," jelas Rifqi.
Penyebab Banjir
Masalah banjir di Jalan Raya Sapan, kata Rifqi, disebabkan saluran air yang tidak berfungsi dengan baik dan cenderung tidak memadai.
Hal itu menyebabkan genangan air kerap mengendap dalam waktu yang cukup lama, karena praktis hanya menunggu air menyerap ke dalam tanah.
Hasilnya, kala musim hujan datang, terutama saat intensitas hujan tinggi, sepanjang Jalan Raya Sapan kerap digenangi air.
"Gini, kalau hujan kecil saja, kadang genangan air itu tetap ada. Tahun ini sudah dua kali terjadi banjir. Pertama, awal tahun, itu dalam kurun waktu yang cukup lama juga, seperti sekarang; yang kedua di bulan-bulan ini. Awal tahun itu kan intensitas hujannya tinggi juga, jadi air meluap dan tak ada saluran air yang memadai, jadinya banjir lama," katanya.
Tak sampai di situ, banjir di Jalan Raya Sapan juga kerap meninggalkan bau.
Di beberapa titik, air banjir kerap berwarna hitam yang diduga bercampur dengan limbah, lantaran Jalan Raya Sapan dikenal dengan kawasan industri.
"Sepertinya memang ada pabrik nakal, dalam artian mereka membuang limbah sembarangan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Jadi limbahnya itu mengalir ke anak sungai, lalu karena anak sungai meluap, jadinya banjir di jalanan pun berbau bahkan jadi hitam," ungkapnya.
Menurut dia, banjir di Jalan Raya Sapan menjadi sebuah ironi, lantaran Sapan merupakan kampung halaman dari Bupati Bandung terpilih, Dadang Supriatna.
Apalagi, banjir bukan hanya terjadi di kawasan industri, tapi seringkali juga menimpa pemukiman penduduk, seperti di Kampung Lembursawah dan di Jalan Rancawaliwis.
"Cuma memang banjirnya itu ada yang lama dan ada yang tidak. Sebenarnya yang biasanya banjir lama itu ya di kawasan industri itu, karena memang di situ tidak ada drainase yang memadai, sehingga air mengendap dan menunggu diaerap oleh tanah," beber dia.
Lantaran kerap dilanda banjir, Rifqi tak tahu sejak tahun berapa Jalan Raya Sapan jadi langganan banjir.
Hanya saja, sebagai warga Sapan, Rifqi mengingat sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga kini situasinya masih sama.
"Saya SD kurang lebih 22 tahun lalu juga sudah kayak gini. Setiap tahun pasti ada banjir, tapi kadang banjirnya itu parah, tapi kadang enggak. Ada yang lama, ada yang enggak," ungkap dia.
Akibat banjir di kawasan industri, lanjut dia, warga dan pengguna jalan harus menggunakan jalan memutar yang cukup jauh.
"Namun, karena sekarang di sekitar rumah bupati enggak banjir, di Jalan Cagak enggak banjir, jadi kebanyakan memutarnya itu lewat Rancaoray," ujarnya.
Dia menambahkan, Sapan Bersuara juga akan mengumpulkan massa, khususnya dari berbagai aliansi masyarakat sekitar dan beberapa organisasi kepemudaan di Desa Tegalluar maupun di Kecamatan Bojongsoang untuk bersama-sama mendesak Pemkab Bandung menyelesaikan banjir di Sapan.
"Kami berencana ada audiensi dengan Pak Bupati, atau setidaknya dengan pihak kecamatan atau Desa Tegalluar. Jadi, diharapkan ada upaya serius untuk mengatasi masalah banjir ini dengan baik, biar ke depan masyarakat Sapan tidak selalu resah setiap musim hujan," katanya.
Respons Bupati
Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan sudah mengusulkan pembangunan enam danau untuk menangani banjir di wilayah Jalan Raya Sapan.
Dadang menyebut, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) itu, kata dia, sudah disampaikan.
Tinggal menunggu proses pembebasan lahan.
Dalam proses pembebasan lahan, Dadang mengaku masih menunggu kepastian, apakah akan dilakukan oleh pemerintah pusat atau tidak.
"Saya sudah usulkan jauh-jauh hari waktu itu ke Menko Marves Pak Luhut. Sekarang itu nunggu proses pembebasan lahan. Namun, ada lokasi yang sudah siap dibangun, di lokasi danau yang pertama. Itu di wilayah RW 4, kalau tidak salah, di Desa Tegalluar," katanya dijumpai di Soreang.
Sejauh ini, kata Dadang, pihaknya terus berkomunikasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) terkait proyek tersebut.
"Dengan BBWS sudah disampaikan juga dan mulai akan mengusulkan juga. Insya Allah secara bertahap kami akan laksanakan. Tentu mungkin nanti, setelah selesai Pilkada, kami akan petakan langkah pentahelix," ungkap dia.
Untuk menangani sementara banjir di Jalan Raya Sapan, Dadang mengatakan sudah menyiapkan bob culvert dan pompa alkon.
"Kami sudah berbicara dengan BBWS juga, BBWS akan memprioritaskan untuk box cover-nya, karena pada waktu curah hujan tinggi maka itu ditutup, sehingga tidak masuk ke wilayah pemukiman penduduk," pungkasnya.
https://bandung.kompas.com/read/2024/12/05/152407278/kecewa-banjir-di-bojongsoang-bandung-tak-teratasi-warga-buat-petisi