Syamsul bercerita bahwa dirinya berada di Myanmar selama 2 bulan.
Saat berada di negara tersebut, ia disekap di sebuah ruangan yang tidak memiliki cahaya lampu serta mengalami aksi pukulan.
“Ya di sana sempat disekap, terus kaya dipukul gitu lah, jadi kita itu kaya dikumpulin di dalam satu ruangan enggak dikasih lampu,” kata Syamsul saat ditemui awak media di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Kamis (5/12/2024).
Tak hanya dipukul dan disekap di sebuah ruangan, Syamsul beserta temannya pun hanya mendapatkan makan satu kali dalam sehari.
Saat berada di Myanmar, Syamsul mengaku bahwa ia dipekerjakan untuk melakukan penipuan secara online terhadap orang lain.
“Sebenarnya di sana itu kita kerja nipu gitu, kaya scammer,” lanjut Syamsul.
Sekira bulan Juni 2024, Syamsul mendapatkan tawaran pekerjaan menjadi admin crypto di Thailand, namun mereka dipekerjakan di Myanmar sebagai admin scammer.
“Info dari teman dijanjikan ke Thailand untuk kerja jadi admin crypto, terus kita juga enggak tahu di Myanmar, tahunya di Thailand aja,” imbuh Syamsul.
Sebelumnya, Syamsul bersama dengan 5 orang lainnya yang juga warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berhasil dipulangkan dari Myanmar dan tiba di Jakarta pada Jumat (29/11/2024).
Ia kemudian mendapatkan pemulihan serta pendampingan dari pemerintah dan akhirnya pulang ke Sukabumi pada Kamis (5/12/2024).
https://bandung.kompas.com/read/2024/12/05/185242778/kisah-syamsul-korban-tppo-myanmar-makan-sehari-dan-disekap-di-ruangan-sempit