Salin Artikel

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Akan Masukkan Pencak Silat ke Kurikulum Sekolah

Pengumuman ini disampaikan dalam acara Kaul Penetapan Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/12/2024).

"Kedepannya kita akan mengupayakan bagaimana pencak silat kembali menjadi bagian tradisi budaya dan olahraga bagi generasi muda dengan masuk kurikulum sekolah," ujar Fadli Zon, seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Kebudayaan pada Sabtu (14/12/2024).

Fadli menekankan pentingnya pencak silat sebagai produk budaya yang dapat membentuk karakter generasi muda.

Ia menyebutkan bahwa pencak silat mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kerendahan hati, dan saling pengertian, serta meningkatkan kekuatan fisik.

Menteri Kebudayaan tersebut juga berencana menjalin kerja sama antarsektor, baik di dalam maupun luar negeri, untuk memperkuat posisi pencak silat di mata dunia.

Selain itu, ia mendorong pemanfaatan teknologi dan media digital untuk mengenalkan pencak silat sebagai warisan budaya yang tetap relevan dengan perkembangan zaman.

"Memang harus ada dokumentasi dan digitalisasi yang juga dibantu oleh masyarakat dan komunitas, sebuah buku yang komprehensif dalam mengenalkan silat."

"Kemudian pemanfaatan teknologi dan media digital seperti film," tambahnya di Padepokan Pencak Silat Pakubumi, Cipayung Datar, Kabupaten Bogor.

Sejak ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO pada 12 Desember 2019, pemerintah dan berbagai organisasi terus berupaya melestarikan dan melindungi tradisi pencak silat sebagai salah satu warisan budaya nasional.

Fadli menyatakan bahwa partisipasi aktif para pemangku kebudayaan merupakan harapan dan cita-cita bersama untuk menjaga warisan budaya Indonesia.

"Hari ini kita peringati lima tahun Pencak Silat diakui dunia. Atas perjuangan tokoh-tokoh dan organisasi silat serta dukungan pemerintah, pencak silat saat ini menyebar ke banyak negara."

"Ini adalah bukti dan realisasi dalam memajukan pencak silat sebagai kebudayaan Indonesia yang memberikan kontribusi kepada dunia," ungkap Fadli Zon.

Ia juga menjelaskan bahwa pencak silat dikenal dengan berbagai nama di Indonesia.

Mengutip naskah nominasi 2019, ia menyebutkan tradisi pencak silat adalah satu-satunya nominasi WBTb Indonesia yang memiliki 28 penyebutan nama, seperti pencak, silat, silek (Sumatera Barat), pence (Banten), dan kuntau (Kalimantan).

Dalam kesempatan yang sama, sesepuh pencak silat Eddie Nalapraya menambahkan bahwa tradisi pencak silat memiliki fungsi sosial yang penting untuk mempererat tali persaudaraan dan menjaga ketertiban sosial.

Ia menegaskan bahwa acara kaul ini menjadi wadah untuk bertukar pendapat mengenai strategi pelestarian pencak silat agar tetap menjadi kebanggaan bangsa dan diakui di dunia internasional.

Pencak silat telah menjadi salah satu cabang olahraga di SEA Games sejak 1987 dan Asian Games pada 2018.

Eddie yang juga mantan Ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) menilai keberhasilan ini sebagai langkah konkret pemerintah dalam mempromosikan pencak silat ke kancah internasional.

"Kegiatan hari ini merupakan perayaan 5 tahun sekaligus bentuk komunikasi antara pemerintah dengan komunitas." 

"Sebagai tindak lanjut, akan dilakukan pelestarian yang di antaranya pencak silat masuk ke muatan lokal, pelaksanaan festival lokal dan internasional, lokakarya untuk meningkatkan SDM, penerbitan buku, dan inventarisasi pencak silat di Indonesia," pungkas Eddie.

https://bandung.kompas.com/read/2024/12/14/163931778/menteri-kebudayaan-fadli-zon-akan-masukkan-pencak-silat-ke-kurikulum-sekolah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com