Salin Artikel

Upaya Yayasan Selesaikan Persoalan Universitas Bandung: Jual Gedung hingga Kerjasama Investasi

Berbagai langkah diambil, mulai dari memasarkan salah satu gedung kampus hingga menjajaki kerjasama dengan investor untuk membantu menutupi beban operasional.

Ketua Yayasan Bina Administrasi, Uce Karna Suganda, mengungkapkan bahwa pendapatan yayasan saat ini sangat minim, hanya mengandalkan Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) dari ratusan mahasiswa di fakultas yang masih aktif.

"Berbagai upaya dilakukan guna mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi, bahkan ada rencana menjual aset gedung salah satu kampus di wilayah Ciwastra, Kota Bandung, Jawa Barat, seharga Rp 25 miliar," ujarnya di kantor LLDIKTI Kaar, Selasa (7/1/2025).

"Tapi ya kita berusaha. Kalau mengandalkan ini paling jual mobil, jual aset. Kita juga menawarkan untuk satu solusi itu menjual gedung kampus," lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa meskipun sudah ada tawaran untuk gedung tersebut, hingga saat ini belum ada transaksi yang terwujud.

Hasil dari penjualan gedung diharapkan dapat digunakan untuk membayar tunggakan gaji staf dan dosen, serta untuk pengembangan universitas ke depan.

Jika penjualan berhasil, Yayasan Bina Administrasi berencana memusatkan perkuliahan di kampus Universitas Bandung yang berlokasi di Jalan Muararajeun, Kota Bandung.

"Tapi sekarang kita sudah tawarkan ke beberapa investor. Biar dicicil juga yang penting gaji terbayar. Itu aja. buat gaji aja," tambahnya.

Uce optimistis bahwa penjualan gedung kampus di wilayah Ciwastra dapat memenuhi seluruh kebutuhan operasional, termasuk gaji dan pesangon karyawan di tiga program studi yang saat ini dibekukan.

"Rencana kalau kampus terjual kita beresin (gaji karyawan di prodi yang dibekukan), mereka dipensiunkan terus dikasih pesangon," jelasnya.

Selain menjual gedung, kerjasama penggabungan dengan yayasan lain juga menjadi opsi yang dipertimbangkan.

Uce menyebutkan bahwa ada satu yayasan yang memiliki konsep menarik untuk mengembangkan Universitas Bandung menjadi lebih internasional.

Yayasan tersebut beroperasi di Bali, Cirebon, dan Bandung.

"Jadi dua yayasan bergabung. Ini nanti akan mengoperasikan Universitas Bandung internasional," katanya.

Saat ini, Uce juga menyampaikan bahwa beberapa investor dari Korea dan Malaysia menunjukkan ketertarikan untuk melakukan investasi.

Uce menegaskan bahwa meskipun menghadapi kritik dan hujatan, ia tetap berkomitmen untuk memperjuangkan nasib Universitas Bandung.

"Saya baru awal 2003 sebetulnya. 'katempuhan buntut maung' (mendapat kesulitan akibat kesalahan yang dilakukan orang lain). Tapi ya gak apa-apa saya dihujat, gak apa-apa. Yang penting saya tetap berjuang. Kalau bangunan kampus terjual cepat udah selesai (persoalannya)," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/01/07/212406878/upaya-yayasan-selesaikan-persoalan-universitas-bandung-jual-gedung-hingga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com