Salin Artikel

Patrick Kluivert Latih Timnas Indonesia, Pengalaman dan Mental Akan Diuji...

BANDUNG, KOMPAS.com - PSSI telah resmi mengumumkan mantan penggawa tim nasional Belanda, Patrick Kluivert, sebagai pelatih timnas Indonesia.

Pengumuman resmi tersebut menuai banyak komentar, tidak hanya di kalangan pengamat sepak bola, para pendukung timnas Indonesia pun ikut bersuara.

Ilman Darmawan (33), salah seorang warga Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang tergabung dalam salah satu Komunitas Suporter Timnas, mengatakan penunjukan Patrick Kluivert sebagai jalan terbaik bagi sepak bola nasional.

Namun, Patrick Kluivert, kata dia, mesti mempersiapkan diri, terutama mental, lantaran tak sedikit pendukung timnas yang masih sulit move on dari pencapaian yang sudah ditorehkan Shin Tae-yong (STY).

"Menurut saya, penunjukan sudah terjadi, semoga bisa memberikan yang terbaik untuk tim nasional Indonesia," katanya dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (8/1/2025).

Kesiapan Patrick Kluivert, kata dia, akan diuji, lantaran melihat dari track record kepelatihan STY yang lebih unggul daripada Patrick Kluivert dari sisi pengalaman.

"Boleh dong, saya masih ragu sama pelatih baru, apalagi kita berjuang untuk lolos ke Piala Dunia. Kalau bisa lebih bagus dari STY karena kalau saya lihat, secara karier kepelatihan itu lebih bagus STY dibandingkan Patrick Kluivert," ujar Ilman.

Ibarat pepatah, nasi sudah menjadi bubur, Ilman berharap Patrick Kluivert dengan cepat mampu beradaptasi dengan jajaran pemain dan kepelatihan sepeninggal STY.

"Tentunya harus ada adaptasi kembali, baik dari pemain maupun jajaran pengurus kepelatihan," kata Ilman.

Kendati begitu, Ilman mengaku tetap kecewa terkait pemberhentian STY sebagai pelatih timnas.

Menurutnya, evaluasi terhadap STY harus dilakukan usai STY bersama timnas selesai melakoni perjuangan menuju Piala Dunia.

"Namun, saya tetap kecewa dengan pemecatan STY, seharusnya PSSI bisa mempertahankan STY saat melakoni proses menuju Piala Duni," katanya.

Sementara itu, pendukung timnas yang juga Bobotoh Persib Bandung, Mulyana (28), mengaku menyambut baik Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas.

Hanya saja, ia berharap Patrick Kluivert tidak melakukan banyak perubahan di tubuh timnas mengingat timnas akan segera melakoni Kualifikasi Piala Dunia 2026.

"Jangan banyak diubah atau diotak-atik lagi-lah, sudah mantap peninggalan STY. Kalau mau pelatih baru, membaca lagi bagaimana STY mengelola pemain timnas," katanya.

Kendati kecewa dengan pergantian STY, Mulyana mengatakan rasa kecewa para pendukung timnas akan terobati dengan prestasi yang bisa dicapai Patrick Kluivert nantinya.

"Kecewa jelas, saya banyak komentar kok di akun PSSI di Instagram, tetapi kan kecewa saya bukan tanpa alasan. Yang jelas pelatih baru harus bisa melampaui STY, gimana pun caranya," kata dia.

Diketahui, PSSI secara resmi mengumumkan bahwa Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia.

Ia akan dikontrak selama dua tahun sampai 2027 dengan opsi perpanjangan.

Pengumuman pengangkatan Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia dirilis pada Rabu (8/1/2025).

Kluivert mengisi posisi jabatan pelatih timnas Indonesia yang lowong setelah Shin Tae-yong diberhentikan pada Senin (6/1/2025).

https://bandung.kompas.com/read/2025/01/08/175517478/patrick-kluivert-latih-timnas-indonesia-pengalaman-dan-mental-akan-diuji

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com