Orangtua korban, L (32) mengatakan bahwa dia dan anaknya dibuat tidak nyaman karena sering mendapatkan cemoohan dari para tetangga usai peristiwa yang menimpa anaknya diketahui warga setempat.
Bahkan, anaknya mendengar langsung tetangga membicarakan hal yang buruk tentang keluarganya. Atas dasar itulah, ia memilih untuk menjauh demi kesehatan mental sang anak.
"Karena anak saya merasa tidak nyaman dan traumanya muncul kembali jadi merasa pas kejadian warga tahu. Warga bukannya merangkul tapi memojokan," ujar L saat dihubungi, Kamis (9/1/2025).
Dia menjelaskan, gunjingan tersebut bahkan berdampak pada usaha warung kelontongnya. Warga menjadi enggan berbelanja di warungnya karena dianggap tidak mau bergaul dengan masyarakat.
Padahal, kata dia, alasanya menutup diri lantaran tidak ingin kasus yang menimpa anaknya tersebut tersebar lebih luas lagi. Namun, hal tersebut ditanggapi berbeda oleh tetangganya.
"Tiba-tiba usaha mati. Tidak ada yang mau ke warung (belanja). Anak juga nyerita sendiri katanya dibilang ini itu sama tetangga," tuturnya.
Meski demikian, L mengaku hanya bisa bersabar meski mendapatkan tekanan dari RT dan RW tempat tinggalnya. Namun, ia berharap kasus yang menimpa anaknya tersebut bisa mendapatkan titik terang setelah melaporkan ke pihak kepolisian.
L pun tidak menampik, selama dua tahun terakhir ia sengaja bungkam atas kasus tersebut dan berusaha mengobati anaknya ke pengobatan medis.
Akan tetapi, kasus ini tiba-tiba saja diketahui oleh publik, apalagi saat ini dirinya sudah didampingi pengacara dari lembaga bantuan hukum.
"Dari awal nyembunyiin ini pengen anak sehat saja. Tidak sengaja apa yang terpendam terkuak," pungkas L.
Sebelumnya, korban diduga mendapatkan pelecehan seksual dan perundungan yang dilakukan oleh temannya sejak dari taman kanak-kanak (TK) hingga kelas 4 sekolah dasar (SD).
Akibat pelecehan ini, korban menderita infeksi pada alat kelaminnya.
https://bandung.kompas.com/read/2025/01/09/122451178/keluarga-bocah-korban-pelecehan-dan-perundungan-di-garut-pindah-ke-bandung