Salin Artikel

Bocah Korban Pelecehan-Perundungan Asal Garut Akan Kembali Jalani Visum Ulang

BANDUNG, KOMPAS.com - D (12), bocah korban dugaan pelecehan seksual dan perundungan oleh teman sebaya asal Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, akan kembali menjalani visum ulang.

Pasalnya, visum pertama yang dijalani korban pada Kamis (9/10/2025) di Rumah Sakit dr Slamet Garut gagal dilakukan karena kondisi korban yang drop.

Kuasa hukum korban, Muhamad Nurdin, mengatakan, visum ulang terhadap D direncanakan akan dilakukan pada pekan depan, sekaligus melengkapi berkas laporan yang dilakukan oleh orangtua korban.

"Rabu depan, kami akan ke Polres Garut untuk disposisi penanganannya langsung oleh Polda Jabar," ujarnya saat dihubungi, Jumat (10/1/2025).

Dia mengungkapkan, terduga pelaku yang melakukan pelecehan dan perundungan terhadap korban D berjumlah empat orang.

Meski identitas terduga pelaku sudah diketahui, saat ini Polres Garut belum melakukan penahanan karena usia keempatnya masih di bawah umur.

"Karena masih anak di bawah umur atau gimana, nanti kami diskusi dulu. Misalnya kan keempat pelaku ini semuanya anak di bawah umur, nah ini kan nanti kami penentuan apakah harus kena penerapan atau gimana," tutur Nurdin.

Nurdin menambahkan, pihaknya telah memberikan perlindungan terhadap korban dan juga keluarganya.

Ini dilakukan guna menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, semisal intimidasi dan lain sebagainya.

Pasalnya, alasan orangtua korban memutuskan untuk bungkam atas kasus yang menimpa anaknya tersebut karena mendapatkan intimidasi dari keluarga pelaku dan perangkat desa tempat tinggalnya di Garut.

"Diancam dan lain-lain, pelaku ini sempat membuat pernyataan secara tertulis juga disaksikan kepala desa. Dalam mediasi tersebut, supaya tidak dilaporkan ke polisi, akhirnya keluarga ibu korban itu buka suara," katanya.

Sebelumnya diberitakan, bocah perempuan berinisial D (12) asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, diduga mengalami pelecehan seksual dan perundungan yang dilakukan oleh temannya selama bertahun-tahun.

Akibat perbuatan pelaku, korban mengalami trauma hingga kerusakan pada organ intim akibat infeksi yang disebabkan pelecehan seksual sejak Taman Kanak-kanak (TK).

Orangtua korban, L (32), menceritakan, anaknya menjadi korban pelecehan seksual dan perundungan oleh sejumlah teman mainnya. Aksi itu pun dilakukan berulang hingga korban duduk di kelas 4 sekolah dasar (SD).

https://bandung.kompas.com/read/2025/01/10/171855378/bocah-korban-pelecehan-perundungan-asal-garut-akan-kembali-jalani-visum

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com