Ada sekitar 2.430 warga dan 1.000 santri yang terdampak.
Sejumlah petugas gabungan dari beberapa pihak digerakkan untuk membantu proses pembersihan material banjir.
Pemda Cirebon meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk menormalisasi sungai.
Pantauan Kompas.com di lokasi, salah satu dampak terbesar banjir bandang pada Jumat malam adalah Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Desa Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
Air merendam sebagian besar area pondok pesantren, masjid, ruang belajar, ruang guru, hingga kamar istirahat santri.
Ruang kerja multimedia yang berisi beberapa komputer dan laptop juga tampak sangat kotor, dipenuhi lumpur.
Video derasnya banjir yang masuk ke dalam pondok pesantren pun viral di media sosial.
Sejumlah pihak langsung mendatangi lokasi untuk memastikan kondisi ribuan santri yang belajar di lokasi.
Penjabat Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya, menyebut, berdasarkan pantauan dan pendataan di lapangan, banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon dengan sangat cepat.
Banjir ini disebabkan meluapnya sejumlah sungai karena tidak menampung debit air yang sangat deras dari bagian hulu, yakni Kabupaten Kuningan.
Ada sebanyak 8 desa yang tersebar di lima kecamatan, dengan total 2.430 jiwa yang terdampak.
Jumlah ini pun masih berjalan karena sebagian wilayah masih terendam banjir.
"Beberapa titik yang terdampak banjir ada 5 kecamatan di 8 desa, kemudian dari sisi jumlah jiwa, ada sebanyak 2.430 terdampak. Di beberapa titik sudah mulai surut," kata Wahyu saat ditemui Kompas.com saat mengunjungi Ponpes Al-Khairiyah.
Bupati telah menerjunkan sejumlah petugas yang berkoordinasi dengan pihak lain untuk mengevakuasi sejumlah korban yang terjebak.
Sepanjang malam, ada 90 jiwa yang mendapatkan pertolongan petugas di tempat pengungsian.
Di pagi harinya, petugas gabungan membantu proses pembersihan material banjir yang memenuhi akses jalan utama hingga masuk ke dalam rumah warga.
Bupati menyebut, sejumlah infrastruktur mengalami kerusakan.
Beberapa di antaranya adalah gerbang pagar pondok pesantren yang ambruk, tembok penahan tebing (TPT) di sejumlah pinggiran sungai ambrol, jembatan juga tergerus, dan beberapa rumah di pinggiran sungai rusak.
Bupati berjanji meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk menormalisasi sungai agar tidak terjadi lagi banjir serupa.
Proses perbaikan ditargetkan dimulai tahun ini.
"Kita akan segera komunikasi dengan BBWS, terlebih ini sudah mulai musim hujan. Kita akan segera turunkan alat berat. Secepatnya kita bersama BBWS kerjakan normalisasi tahun ini," kata Wahyu.
Ruang multimedia tempat menyimpan laptop, komputer, dan sejumlah alat kegiatan belajar juga terendam banjir.
Sejumlah ruang atau kamar istirahat santri juga tergenang banjir.
Mereka diungsikan ke tempat yang lebih tinggi di lantai dua dan tiga agar tetap terjaga.
"Kami tidak pernah membayangkan musibah ini, karena sampai jam 20.00 hujan sangat kecil, tiba-tiba air datang, menghantam pagar, roboh 3 gerbang, masuk ke masjid, kantor, 6 rumah dinas guru, diterjang banjir. Kami tetap bersyukur, kami yakin ini ungkapan rasa cinta kepada keluarga pondok pesantren," kata Habib Miqdad saat ditanya Kompas.com, Sabtu (18/1/2025) siang.
Banjir ini juga berdampak pada aktivitas belajar mengajar di pondok pesantren.
Sebanyak 1.000 santri, 500 santri putri dan 500 santri putra, tidak belajar sementara waktu selama proses pemulihan.
https://bandung.kompas.com/read/2025/01/18/192033078/ribuan-warga-dan-santri-terdampak-banjir-bupati-cirebon-janji-normalisasi