Salin Artikel

Penyintas Ceritakan Suasana Mencekam Saat Kebakaran 8 Rumah di Bandung

Satu orang dikabarkan mengalami luka bakar dan masih dalam perawatan pihak rumah sakit Boromeus Bandung. 

Pasca-kebakaran, Kompas.com sempat mendatangi lokasi yang berada di lingkungan pemukiman padat penduduk.

Lokasi kebakaran ini berada di dalam sebuah gang kecil. Berdasarkan pantauan, tampak sebuah kasur dijemur menyender pada sebuah rumah di tepat didepan mulut gang. 

Kompas.com kemudian menelusuri gang tersebut. Tak jauh dari mulut gang, tampak warga tengah duduk di kursi yang memblokade jalan menuju lokasi rumah warga yang hangus terbakar. 

Rumah yang saling berdempetan itu itu kini hanya tinggal puing-puing bekas kebakaran. Atap rumah tampak hitam menjadi arang. Beberapa properti seperti kursi dan peralatan rumah lainnya pun gosong tak bersisa. 

Teguh Purnomo (50) hanya bisa pasrah dengan kondisi rumahnya yang terbakar. Kamar anaknya hangus tak tersisa beserta barang didalamnya.

Perisitiwa kebakaran di wilayah Dago Pojok, Kota Bandung, menyisakan cerita pahit bagi para penyintas. Sekitar 4 rumah hangus terbakar, sedangkan 4 lainnya bagian atap sudah tak bersisa. 

Kepada Kompas.com, Teguh menceritakan kesaksiannya saat si jago merah mengamuk membakar rumahnya tersebut. Saat itu, Teguh tengah menunggu kliennya yang hendak menggunakan jasa terapis. Namun, terpaksa ia batalkan lantaran mendengar tetangganya yang meminta tolong. 

"Awalnya itu, tetangga saya itu ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) main api di kamar, itu kata keluarganya tapi saya belum lihat langsung. Saat ke depan keluarga turun minta tolong, langsung saya buka kamarnya ODGJ itu masih ada, api sudah membesar," kata Teguh saat ditemui di lokasi kebakaran, Senin (20/1/2025). 

Teguh sempat meminta ODGJ itu keluar namun ia enggan dan hanya bisa berputar-putar di kamarnya tersebut. Teguh lantas keluar mencari ember dan mengisinya dengan air lalu berupaya memadamkan api.

"Tapi api udah terlalu besar dan melalap semua, kebetulan lagi (air) PDAM dalam keadan nggak aktif (mati)," kata teguh. 

Melihat kondisi itu, teguh kemudian keluar dan meminta tolong kepada warga sekitar.

"Saya teriak minta tolong, 'tolong-tolong kebakaran telepon damkar'," tuturnya menirukan ucapannya kala itu. 

Sekitar 15 menit kemudian, si jago merah semakin besar mengamuk, merembet, dan melalap rumah di sebelahnya.

Teguh langsung berlari ke rumahnya lantaran khawatir api merembet ke kamar anaknya yang berada di lantai dua.

"Benar saja, api sudah mengenai kamar anak saya, dengan air seadanya saya siram. ada asap tebal saya gak kuat," kamar anak saya terbakar," katanya. 

Meski saat itu kondisi hujan rintik, namun tak berpengaruh besar pada api yang terus melahap ke rumah lainnya.

Namun Teguh terus berupaya mematikan dengan air seadanya dan berupaya menyelamatkan barang berharganya, hingga mengevakuasi para lansia di sekitar lokasi.

"Orang-orangtua saya amanin dulu semua. Ada nenek juga sama cucunya di dalam, saya gedor suruh keluar semua, ini bahaya, saya bilang 'tinggalin aja semua, amanin jiwa'," ucapnya. 

Saat evakuasi, Teguh mengaku sempat terkepung lantaran api menghalangi akses jalur keluar. Ia kemudian lari ke atas mengambil air dan menghabiskannya untuk memadamkan api yang membakar kamar atas dan jalur di bawahnya. "Api itu semua sudah ngepung," ucapnya.

Tak lama kemudian, petugas pemadam kebakaran datang siap memadamkam api. Petugas mengepung api dari tiga titik akses jalur menuju lokasi kebakaran. Penyekatan ini dilakukan agar api tak merembet ke rumah lainnya. Akan tetapi api semakin besar lantaran kondisi angin cukup kencang.

Api membumbung tinggi, ledakan demi ledakan terdengar di lokasi. Teguh menduga ledakan itu berasal dari tabung gas di dalam rumah yang terbakar.

"Ada sekitar enam kali ledakan bersamaan, ada 4 tabung yang terbakar secara bersamaan, Kulkas TV semua terbakar yang di rumah (tetangganya) ini, api juga sempat menyembur ke sini," tuturnya. 

Sementara itu, Ijo Tarsijo (75) hanya bisa berteriak minta tolong saat kebakaran terjadi, lansia ini sempat ingin membantu proses pemadaman, ia mencari air untuk memadamkan api akan tetapi air tak kunjung keluar. Ijo akhirnya dibantu warga mengevakuasi diri menjauhi lokasi lantaran khawatir tak bisa menyelamatkan diri dari kebakaran.

"Saya menjerit sambil berdoa, lari karena air gak jalan, saya berdoa, ya Allah ya Rasulullah cukup kebakarannya," ucapnya.

Warga saling bergotong-royong memadamkan, sementara api semakin besar. Ledakan pun terjadi diduga karena gas di beberapa rumah.

"Itu ledakannya kaya perang saja, akibat ledakan gas itu api akin merembet," ujarnya.

Akibat kebakaran ini, teguh mengaku mengalami kerugian hingga Rp 100 juta - 150 juta. Meski begitu,  Ijo maupun Teguh mengikhlaskan perisitiwa kebakaran itu.

"Ya, iklhasin saja, kan ini juga musibah, kan awal mulanya juga dari orang yang nggak normal kan," tutur Teguh. 

Dari data Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung sebanyak 8 kepala keluarga (KK) atau 36 jiwa terdampak dalam kebakaran ini.

Warga yang rumahnya terbakar saling membantu memberikan pemenuhan kebutuhan kepada para tetangganya. 

"Tetangga saya juga habis ini rumahnya, saya izinkan tidur di rumah saya karena binggung juga tinggal di mana. Kebetulan dinsos kemarin ngasih tiker. Pakaian juga hanya yang menempel saja, lainnya ikut terbakar. Sebagian lagi mengungsi ke rumah keluarganya," tuturnya. 

Seperti diketahui, sebanyak 8 rumah warga terbakar di Jalan Dago Pojok, kelurahan Dago, Kecamatan  Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat, minggu (19/1/2025).

Dalam kebakaran di pemukiman padat penduduk ini, seorang lansia dikabarkan mengalami luka bakar dan dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.

Kepala Seksi Penyelamatan Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) John Erwin menjelaskan bahwa Petugas Diskar mendapatkan laporan kebakaran sekitar pukul 15.33 WIB. 

Laporan tersebut diterima warga yang menjelaskan bahwa adanya api yang bermula dari kamar salah satu rumah di kawasan padat penduduk tersebut. 

"Seketika api membesar, keluarga yang melihat langsung berlari menyelamatkan anggota keluarga yang masih berada di dalam," kata John yang dihubungi, Minggu (19/1/2025). 

Melihat api yang semakin besar, warga lagsung menghubungi Diskar PB Kota Bandung. Sebanyak 6 unit pancar dari UPTD wilayah Utara dan Barat serta Mako pusat,  diterjunkan beserta 3 unit tangki dan 2 unit rescue. Setelah berjibaku beberapa jam, akhirnya api berhasil dipadamkan.

https://bandung.kompas.com/read/2025/01/20/115552178/penyintas-ceritakan-suasana-mencekam-saat-kebakaran-8-rumah-di-bandung

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com