Salin Artikel

Pegawai eFishery Tuntut Pembatalan Rencana PHK Massal Dampak Kasus "Mark Up" Laba Rp 9 T

BANDUNG, KOMPAS.com - Serikat Pekerja Multidaya Teknologi Nusantara (SPMTN) atau pegawai eFishery mendesak manajemen untuk membatalkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang diduga terkait kasus fraud perusahaan tersebut.

Selain itu, SPMTN meminta manajemen untuk meninjau ulang lini bisnis eFishery demi menyelamatkan nasib sekitar 1.800 pekerja.

"Melanjutkan operasional bisnis, SPMTN mendesak perusahaan untuk menjalankan kembali operasional bisnis guna memastikan keberlanjutan bisnis serta dampak pada pembudidaya, petambak, pekerja, dan eFishery di masa mendatang," ujar Sekretaris Jenderal SPMTN, Icad, dalam keterangan resminya, Kamis (23/1/2025).

Serikat pekerja juga mendesak manajemen agar terbuka terkait kasus dugaan fraud laporan keuangan setebal 52 halaman dan penyalahgunaan finansial.

Icad menegaskan bahwa mayoritas pekerja eFishery tidak terlibat dalam kasus tersebut. “Manajemen perlu secara tegas menyampaikan bahwa mayoritas pekerja eFishery tidak terlibat dalam tindakan penggelembungan laporan keuangan atau fraud yang diberitakan sistematis di semua lini,” katanya.

Ia menambahkan bahwa bisnis eFishery sejauh ini masih memiliki potensi besar dan memberikan dampak signifikan bagi ekosistem akuakultur, terbukti dari sejumlah pesanan yang masih berjalan.

"Bisnis di eFishery berjalan, memiliki potensi besar, dan memberikan dampak besar ke ekosistem," lanjutnya.

Icad juga mengungkapkan dampak dari berhentinya operasional di lapangan terhadap para pembudidaya ikan, petambak, dan konsumen dalam ekosistem eFishery.

"Operasional di lapangan telah berhenti, yang mengakibatkan dampak besar terhadap para pembudidaya, petambak, dan konsumen. Banyak pembudidaya kini kesulitan mendapatkan pakan, terganggu arus kasnya, terlilit utang, serta tidak bisa menemukan akses pasar yang biasanya disediakan oleh eFishery," jelas Icad.

Aksi Damai di Kantor Pusat

Pada hari yang sama, sejumlah pekerja eFishery menggelar aksi damai di halaman kantor pusat eFishery di Jalan Malabar Nomor 37, Kota Bandung. Dalam aksi tersebut, para pekerja meminta kejelasan dari manajemen mengenai kondisi perusahaan dan nasib mereka, khususnya terkait rencana PHK massal yang kabarnya akan dilakukan akhir Januari 2025.

"Ada informasi dan rumor yang semakin menguat bahwa opsi utama yang disiapkan adalah melikuidasi perusahaan dan melakukan PHK massal sebelum Februari," kata Icad.

SPMTN berharap manajemen mengakomodasi tuntutan mereka demi keberlangsungan perusahaan dan ekosistem akuakultur yang bergantung pada eFishery.

https://bandung.kompas.com/read/2025/01/23/163844478/pegawai-efishery-tuntut-pembatalan-rencana-phk-massal-dampak-kasus-mark-up

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com