Salin Artikel

Bey Machmudin Harap Pocari Sweat Run 2025 Kembali Pacu PAD Pemda

BANDUNG, KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menyebut ajang lari tahunan Pocari Sweat Run 2025 diharapkan bisa kembali mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) pemerintah setempat.

Pada tahun lalu, ia mengatakan, Pocari Sweat Run menghasilkan keuntungan hingga Rp 46,5 miliar. Tahun ini diharapkan bisa lebih dari itu.

"Saya harap bisa lebih banyak lagi karena ini kan persiapan lebih lama," ujar Bey kepada awak media seusai konferensi pers Pocari Sweat Run 2025 di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (22/1/2025).

Dia menilai, ajang ini bukan hanya menarik bagi para pelari, melainkan juga untuk wisatawan.

Selain sebagai ajang festival olahraga, terdapat unsur hiburan juga.

"Selain lomba lari, akan ada karnaval dan pertunjukan kesenian di sepanjang jalan. Ini seperti menghidupkan kembali nostalgia masa kecil, mudah-mudahan terlaksana,” kata Bey.

Meski demikian, Bey meminta pihak penyelenggara untuk lebih gencar lagi memberikan sosialisasi perihal pelaksanaan ajang lari tahunan ini sehingga tidak ada lagi warga Kota Bandung yang terganggu saat para pelari sedang melintasi jalanan utama kota.

"Potensi lebih baik untuk masyarakat Kota Bandung itu ada. Saya yakin dengan persiapan yang sangat intensif, sekarang sangat baik kami apresiasi," katanya.

Dia menyebutkan, dengan persiapan yang lebih matang dan juga inovatif, diharapkan ajang ini bisa menjadi contoh bagi kegiatan serupa di Indonesia.

Salah satu inovasi tersebut adalah pelaksanaan half marathon yang dimulai lebih pagi sehingga memastikan para peserta dapat menyelesaikan lomba sebelum Kota Bandung dipadati wisatawan.

"Tahun lalu banyak kritik, tetapi saya yakin kali ini akan jauh lebih baik. Dengan persiapan yang sangat intensif dan detail, acara ini bisa menjadi contoh bagi event lari lainnya di Indonesia," ucap Bey.

"Start lebih pagi dan selesai lebih cepat adalah langkah yang tepat. Saya optimistis Pocari Sweat Run 2025 akan menjadi ajang lari terbaik di Indonesia," katanya.

Wali Kota Bandung terpilih, Muhammad Farhan, mengatakan, untuk mengantisipasi kemacetan, pihaknya akan meminta bantuan pihak kepolisian, baik Polda Jabar maupun Polrestabes Bandung.

Menurut dai, dari hasil analisis, waktu-waktu rawan gesekan antara pelari dan pengguna jalan terjadi pada pagi hari.

Oleh sebab itu, ia bersama penyelenggara akan menyusun rute jalan untuk menghindari rawan macet.

"Titik di mana yang paling rawan terjadi gesekan antara pelari dan pengguna jalan, jika melihat analisis, biasanya mulai jam 7-8 pagi. Titik rawan akan kami hindari, upayakan pelari terakhir melewati titik tersebut sebelum jam 8," ucap Farhan.

Sementara itu, Marketing Director PT Amerta Indah Otsuka, Puspita Winawati, menyampaikan bahwa Pocari Sweat Run 2025 akan diikuti oleh sekitar 45.000 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.

Jumlah tersebut terdiri dari 15.000 peserta offline. Hari pertama diperuntukkan bagi kategori 5K dan 10K dengan 7.000 pelari, sedangkan hari kedua untuk kategori half marathon dengan 8.000 pelari.

"Kami tetap membuka slot virtual run hingga 30.000 peserta sehingga total lebih dari 45.000 orang dari seluruh Indonesia dapat berpartisipasi," ujar Puspita.

Puspita menerangkan, Pocari Sweat Run tahun ini akan berlangsung selama dua hari pada 19-20 Juli 2025 yang dipusatkan di Balai Kota Bandung.

Karena diikuti oleh ribuan peserta, penyelenggaraan akan membatasi jumlah pelari, yakni sebanyak 10.000 per hari.

Hal ini diputuskan untuk kenyamanan pelari dan pengguna sehingga tidak terjadi kemacetan.

"Pendaftaran untuk Pocari Sweat Run 2025 akan segera dibuka. Meski biaya registrasi tetap sama seperti tahun lalu, peserta akan mendapatkan berbagai manfaat tambahan," ujarnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/01/24/154945978/bey-machmudin-harap-pocari-sweat-run-2025-kembali-pacu-pad-pemda

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com