Salin Artikel

Tak Ada Lagi Pengecer Elpiji 3 Kg, Pangkalan di Bandung Kewalahan Layani Pembeli

Di Pangkalan gas Sukamenak Indah, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, stok gas melon habis hanya dalam waktu satu jam.

Engkos Koswara (70), pemilik pangkalan, menjelaskan bahwa biasanya dalam sehari, pangkalan tersebut menerima pengiriman sebanyak 280 tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram dari Pertamina.

Namun, pengiriman tersebut tidak hanya dijual di pangkalannya.

Dia menambahkan, pengiriman harian rata-rata per pangkalan berkisar antara 60 hingga 80 tabung.

"Di pangkalan kami totalnya 280 tabung dibagi 4 pangkalan," ungkapnya.

Engkos mengungkapkan bahwa sejak pertengahan Januari 2025, antrean untuk membeli gas melon sudah mulai terlihat, terutama saat libur panjang Isra Miraj dan Imlek.

"Meskipun antreannya tidak sepanjang saat awal Februari, banyak warga yang mengaku kesulitan menemukan gas melon di warung-warung," tuturnya.

Setelah larangan penjualan tersebut, pada hari ini, gas ukuran 3 kilogram langsung ludes dalam waktu satu jam sejak dibuka pukul 08.00 WIB.

"Mulai dari pagi sudah nunggu, kalau enggak nunggu kan begitu datang takut kehabisan, jadi pagi udah antre. Barang langsung habis dalam waktu 1 jam," jelasnya.

"Kalau di sini pertengahan Januari sudah mulai ada antrean dari masyarakat karena di warung tidak ada. Kami harus melayani masyarakat secara langsung yang datang ke sini, jadi sebetulnya kewalahan," tambahnya.

Engkos juga mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan dari Pertamina, mereka menjadi kerepotan dalam hal pelayanan.

"Masyarakat berbondong-bondong datang karena di tempat lain tidak ada. Mereka belum tahu akibat dari kebijakan ini, tetapi saya tahu bulan Januari, selama tiga hari tidak ada pengiriman," tuturnya.

Dia menjual gas melon kepada warga dengan harga Rp 16.600 hingga Rp 17.000 per tabung.

"Kalau harga penjualan masih sesuai aturan Pertamina, walaupun menjual ke masyarakat langsung, saya jual Rp 17.000. Memang aturannya Rp 16.600, tapi karena masyarakat suka tidak mengambil kembaliannya, mereka ikhlas memberikan saja," bebernya.

Engkos berharap pemerintah bisa mengembalikan aturan seperti semula.

"Harapan kami dari pangkalan sebaiknya kembali ke semula agar kami bisa menjual ke eceran, karena itu ada banyak manfaatnya. Setidaknya kita berbagi pemasukan dengan warung, itu lebih enak," tutupnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/02/03/160013278/tak-ada-lagi-pengecer-elpiji-3-kg-pangkalan-di-bandung-kewalahan-layani

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com