Salin Artikel

Daftar Anggaran Gubernur yang Dipangkas Dedi Mulyadi Berikut Alasannya

Dedi menjelaskan bahwa anggaran pakaian dinas gubernur mencapai Rp 157.500.000 per tahun. "Itu klir dihapus," ujarnya.

Selain itu, ia juga menghapus anggaran perjalanan dinas ke luar negeri yang sebelumnya dianggarkan sebesar Rp 1.267.685.000. "Ini juga klir dihapus," tambahnya.

Sementara itu, anggaran perjalanan dinas dalam negeri masih tetap ada namun akan diefisienkan. Anggaran ini digunakan untuk kunjungan kerja gubernur di dalam Jawa Barat maupun ke luar provinsi.

"Untuk tiket pesawat, bayar BBM mobil yang dipakai setiap hari," kata Dedi.

Ia menjelaskan bahwa dalam kunjungan keliling Jawa Barat, biasanya ada tiga mobil yang digunakan, yaitu mobil pribadinya, mobil kru, dan mobil tim media. Setiap mobil menghabiskan BBM sekitar Rp 500 ribu per hari, sehingga total biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 2 juta per hari.

Ke depan, Dedi berencana mengurangi jumlah kendaraan yang digunakan dalam perjalanan dinas.

"Mungkin nanti hanya satu hingga dua mobil yang terlibat kunjungan keliling Jawa Barat. Tidak aleut-aleutan (konvoi beriringan)," ujarnya. Ia juga mengungkapkan bahwa anggaran perjalanan dinas dalam negeri yang semula Rp 1.883.698.722 akan dipotong 60 persen, menyisakan 40 persen dari total anggaran.

"Kemudian bagaimana (efisiensi) perjalanan dinas dalam negeri? Sudah saya ridhokan saja dipotong 60 persen. Sisain 40 persen saja," jelasnya.

Dedi menegaskan bahwa langkah efisiensi ini adalah bagian dari upayanya untuk memperbaiki tata kelola anggaran pemerintah.

"Seluruh rangkaian ini bagian ikhtiar kita agar negeri ini ke depan lebih baik, maju, dan Jawa Barat istimewa," katanya.

Selain itu, Dedi juga meminta Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jabar, Herman Suryatman, untuk menghapus anggaran perjalanan dinas ke luar negeri. Dalam unggahan di akun YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel yang dikonfirmasi oleh Kompas.com pada Selasa (4/2/2025), Dedi menanyakan langsung kepada Herman mengenai anggaran perjalanan luar negeri.

"Perjalanan dinas luar negeri ada?" tanyanya. Herman menjawab bahwa anggaran tersebut sudah disiapkan. Namun, Dedi langsung meminta untuk dihapus. "Ngapain (ke luar negeri). Ngomong bahasa Inggris teu bisa aing mah (saya tidak bisa). Hapus," tegasnya.

Terkait perjalanan dinas dalam negeri, Dedi mengatakan akan memotong anggaran sesuai dengan instruksi presiden yang meminta perjalanan dinas dipotong 50 persen. "Lumayan (efisiensi anggaran) dari gubernur juga," katanya.

Dedi juga menegaskan bahwa efisiensi anggaran tidak boleh mengurangi kesejahteraan pegawai. Menurutnya, tambahan penghasilan pegawai (TPP) tetap harus dipertahankan dan bahkan jika memungkinkan ditingkatkan.

"Saya kan sudah efisienkan anggaran Rp 4 triliun. Kalau efisien diambil Rp 200 miliar untuk kesejahteraan pegawai, nggak ada problem," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dedi kembali menegaskan penghapusan anggaran pakaian dinas gubernur.

"Hapus aja (anggaran pakaian dinas gubernur). Kita ini pegawai sudah digaji," ujarnya. Menurutnya, anggaran tersebut lebih baik dialihkan untuk belanja infrastruktur. "(Anggaran) sepatu hapus, saya sudah punya banyak. (Anggaran) jas hapus," tegasnya.

Dedi menyatakan bahwa dirinya sudah memiliki banyak pakaian dan tidak membutuhkan anggaran negara untuk membeli pakaian dinas. "Hapus. Hapus aja. Pengadaan pakaian dinas gubernur hapus. Saya sudah punya baju sendiri dan baju saya banyak," jelasnya.

Dengan penghapusan anggaran pakaian dinas gubernur sebesar Rp 157.500.000, Dedi berharap dapat membantu efisiensi penggunaan anggaran daerah. "Lumayan kan," ujarnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/02/06/055300478/daftar-anggaran-gubernur-yang-dipangkas-dedi-mulyadi-berikut-alasannya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com