Salin Artikel

Saat "Rakyat Kecil" Berburu Rezeki di Acara Prabowo

Dagangan mereka laris manis karena banyak kader dan simpatisan partai dari luar daerah yang mencari makanan di sekitar lokasi acara, Sabtu (15/2/2025).

Para simpatisan se-Indonesia yang datang ke lokasi acara dengan berkendara menyebabkan kemacetan panjang. Kantong parkir yang disediakan seketika langsung penuh.

Ribuan simpatisan kemudian berjalan kaki menuju pintu masuk setelah sebagian memarkirkan kendaraan di tempat-tempat yang disediakan warga.

Keadaan tersebut menguntungkan bagi pedagang, terutama penjual minuman dingin atau es di kawasan tersebut.

Rosma (40), contohnya. Pedagang minuman dingin ini mengaku bersyukur dengan adanya acara Presiden Prabowo Subianto.

Sebab, penghasilannya dari berjualan minuman dingin dan kopi sangat meningkat, dua kali lipat lebih besar dari biasanya.

Ia menjual minuman seharga Rp 5.000 hingga Rp 8.000. Rosma berangkat pada pukul 07.00 WIB.

Ia dan pedagang lain ikut memeriahkan acara di tengah-tengah kendaraan dari simpatisan Gerindra. "Kalau yang di dalam itu diborong sama pejabatnya. Tapi alhamdulillah lah (banyak yang beli) walaupun kita di luar panas-panasan."

"Tadi datang jam 7, seharusnya kalau dari pagi bisa diborong juga dagangan saya," kata dia saat berbincang dengan Kompas.com.

Perempuan berkerudung hitam ini pun sibuk menata berbagai minuman manis seperti kopi dan lainnya. Ia mengaku tak sempat membawa meja dan payung karena sudah terburu-buru.

Alhasil, ia hanya duduk dengan alas seadanya di pinggir jalan menyatu dengan debu-debu kendaraan sambil menawarkan minuman dingin.

Dengan cekatan, ia melayani pembeli dengan membuatkan es kopi. Es batu pun ia hancurkan.

Rosma tak ambil pusing karena harus bersaing dengan pedagang lainnya. Hanya butuh satu jam saja, ia sudah menghasilkan Rp 25 ribu.

Namun, kata dia, jumlah itu masih kalah dengan pedagang lain yang datang lebih awal. "Enggak tahu dari awal kalau dagangan kita bakal diborong. Suruh masuk ke dalam."

"Itu nanti digratisin buat peserta (simpatisan) yang hadir. Dulu sempat juga diborong di acaranya Bupati Bogor Pak Rudy, itu bisa Rp 800 ribu, 150 cup saya siapin," ungkap dia.

"Nah sekarang malah nggak dapat, kalau diborong mah enak di dalam disediain meja, payung," ucap Rosma sambil tersenyum dan mengelap keringatnya.

Tak sampai tiga meter dari tempat Rosma berjualan, ada pula lapak pedagang siomay milik Kobay (34).

Pedagang di acara tersebut memang cukup banyak. Namun Kobay mengaku dagangannya tetap ramai dibeli.

Tak butuh waktu lama, pedagang siomay ini sudah bisa mengumpulkan uang Rp 300 ribu dari jualan. "Ini alhamdulillah lah meningkat. Biasanya lama untuk dapat segitu (350 ribu)," ucap pria itu.

Ia mengaku berjualan sejak pukul 07.00 WIB, berangkat dari arah Citeureup. Ia juga merasa tak beruntung karena dagangannya tidak diborong.

"Biasanya jualan di sana, bela-belain datang pagi ke sini supaya diborong, eh malah telat. Jadinya kita di luar aja lah," kata dia sambil melayani pembeli.

Berbeda dengan Rosma dan Kobay, Elly (35), pengusaha garmen dari Pasar Senen, Jakarta Pusat, mengaku penjualan tak seramai yang lain.

Padahal, ia datang sehari sebelum acara atau kemarin siang dan menginap di area acara di Sentul. Semua baju Partai Gerindra beserta aksesorisnya dia pajang di lapaknya.

"Tanpa mengurangi rasa syukur, hari ini penjualan nggak banyak, nggak maksimal. Buat makan dapat lah. Tapi untuk balik modal enggak, naik mobil ke sini lumayan," ucap dia.

Elly bersama temannya bahkan tidak sempat tidur, karena harus buka habis subuh. Harga satuan Rp 250 ribu terdiri dari baju pendek dan panjang.

Berbeda dengan harga aksesori seperti pin, peci, hingga topi Gerindra. "Semua baju partai kita jualin, karena ini momen acaranya Gerindra jadi ya kita jualin baju, jaket, aksesorisnya."

"Nah, hari ini baru laku tiga potong. Udah buka di dalam, sama petugas diusir keluar," sambung dia.

Dia mengungkapkan, faktor penjualan malah menurun karena rata-rata yang beli adalah kader. Karena itu, wajar ketika dagangannya tidak diborong dan masuk ke dalam lokasi acara.

Ia berharap dagangannya cepat laku karena sudah datang jauh-jauh dari Jakarta.

"Simpatisan kan maunya gratisan, nggak mau beli. Biasanya yang belanja dewan (kader). Kalau massa biasanya nggak terlalu lah. Kan di dalam semuanya pada gratis," ucap dia.

"Kalau yang kayak kita mah nggak (diborong). Harusnya kan dibawa, dibantu juga lah pengusaha garmen, bukan hanya makanan aja," ujar Elly dan masih berharap ketika acara bubar nanti banyak yang belanja pakaian Partai Gerindra.

https://bandung.kompas.com/read/2025/02/15/160036578/saat-rakyat-kecil-berburu-rezeki-di-acara-prabowo

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com