Salin Artikel

Solusi Konkret Dedi Mulyadi Atasi Banjir Besar di Bekasi, Karawang dan Bogor

"Kalau nafsu buat membangun dihajar habis, ini akibatnya, ini problem dari lamanya kita abai terhadap lingkungan dan ini saatnya kita mengevaluasi diri," ujar Dedi usai menghadiri groundbreaking perumahan ASN Polri di Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).

Ia menekankan pentingnya penataan ruang yang lebih baik untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang.

Sebagai langkah konkret, Dedi Mulyadi berencana menemui Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk mengevaluasi tata ruang di Jawa Barat.

Hari Selasa depan, kita akan rapat koordinasi para bupati dan wali kota se-Jawa Barat bersama Menteri ATR/BPN untuk mengevaluasi tata ruang di provinsi ini," ujar Dedi pada Selasa (4/3/2025), dikutip dari tayangan YouTube Kompas.com.

Pertemuan ini bertujuan untuk meninjau kembali kebijakan pembangunan yang ada agar lebih ramah lingkungan dan tidak menimbulkan bencana.

Selain itu, Dedi Mulyadi juga menyoroti pentingnya menghentikan alih fungsi lahan, terutama di daerah hulu seperti kawasan Puncak, yang berkontribusi terhadap banjir di wilayah hilir.

Ia meminta perusahaan perkebunan negara untuk menghentikan alih fungsi lahan di kawasan tersebut. 

Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi masalah banjir yang kerap melanda wilayah Bekasi dan sekitarnya.

Banjir besar

Banjir besar melanda wilayah Bekasi, Bogor, dan Karawang dalam beberapa hari terakhir, menyebabkan dampak signifikan bagi masyarakat setempat.

Bekasi

Di Kabupaten dan Kota Bekasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat sekitar 52.000 jiwa terdampak banjir yang belum surut hingga saat ini.

Enam jalan utama tergenang, menyebabkan lumpuhnya aktivitas kota. Jalan Ahmad Yani, sebagai pusat Kota Bekasi, terendam banjir, bahkan air masuk ke dalam Kantor Wali Kota Bekasi.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menilai banjir di Bekasi sebagai dampak dari pembangunan yang merusak lingkungan.

Ia menekankan pentingnya evaluasi tata ruang untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Bogor

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa curah hujan ekstrem di Bogor dan Bekasi menjadi penyebab banjir besar dan longsor di wilayah tersebut.

Analisis cuaca terkini menunjukkan intensitas hujan yang tinggi sebagai faktor utama bencana ini. 

Karawang

Di Karawang, banjir akibat luapan Sungai Cibeet mengakibatkan satu warga Mulyajaya tewas terseret arus. Tim SAR terus melakukan evakuasi warga terdampak.

Selain itu, akses ke Loji lumpuh total akibat genangan air dengan ketinggian mencapai 1,5 meter di Jalan Pangkalan-Loji, Dusun Bunder, Desa Tamansari.

Bencana banjir ini menyoroti pentingnya penataan ruang dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

https://bandung.kompas.com/read/2025/03/05/202646378/solusi-konkret-dedi-mulyadi-atasi-banjir-besar-di-bekasi-karawang-dan-bogor

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com