"Modifikasi cuaca itu apa, boleh dijelasin?," kata Dedi kepada pejabat BMKG yang mendampinginya.
Pejabat tersebut menjelaskan, modifikasi cuaca adalah upaya untuk mengintervensi atmosfer. Supaya atmosfer yang isinya awan, berprilaku menjadi lebih bermanfaat bagi manusia.
"Kalau awannya mau jadi bencana, enggak (tidak terjadi), malah jadi manfaat," ujar pejabat tersebut.
Dedi menimpali, di darat sudah bermasalah, gunung sudah bersertifikat, bantaran sungai sudah bersertifikat. Kemudian laut sudah bersertifikat. "Kira-kira kalau awan bersertifikat enggak?," tanya Dedi sembari tertawa.
Pejabat tersebut mengatakan, sampai saat ini awan belum bersertifikat. Oleh karenanya, masih bisa dimodifikasi dengan dijatuhkan di tempat lain. "Dijatuhkan di laut, kita jatuhkan di danau supaya tidak menjadi banjir," jelasnya.
Dedi mengatakan, daerah yang kemungkingan turun hujan besar dan berdampak banjir itu yakni di Sukabumi, Bogor, Kuningan, Cirebon.
"Nah ini yang hujan di Sukabumi, di Bogor nanti mau dijatuhinnya di mana?," tanya Dedi.
Pihak BMKG menjelaskan, hujan di daerah Bandung akan dimodifikasi dan hujannya akan diturunkan di sekitar danau di Waduk Jatiluhur.
Hujan di selatan atau daerah Sukabumi akan dijatuhkan di laut Selatan. Untuk hujan di Kuningan, Karawang akan dimodifikasi dan dijatuhkan di laut utara Jawa.
Dedi menjelaskan, Pemprov Jawa Barat sudah kerja sama dengan BMKG untuk memodifikasi cuaca agar hujan turunnya di laut.
"Jangan turun di gunung, riweuh (repot). Gunungnya sudah ada sertifikatan. Nanti jatuh ke sungai, sungainya ada sertifikat. Alhamdulillah kalau awan belum ada yang menyertifikat," kata Dedi.
https://bandung.kompas.com/read/2025/03/10/155928878/modifikasi-cuaca-dedi-mulyadi-alhamdulillah-awan-belum-ada-yang