Salin Artikel

Tolak Penundaan Pengangkatan PPPK, Ribuan Tenaga Honorer Demo DPRD Garut

GARUT, KOMPAS.com – Ribuan tenaga honorer di lingkungan Pemkab Garut yang lolos menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Rabu (12/03/2025), menggelar aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Garut.

Mereka menolak kebijakan penundaan pengangkatan PPPK yang rencananya baru akan diangkat pada Maret 2026 mendatang.

Para tenaga honorer yang tergabung dalam Forum Aliansi Guru dan Karyawan (FAGAR) Kabupaten Garut tersebut mendatangi Gedung DPRD Garut untuk menyampaikan aspirasi mereka.

Perwakilan mereka pun diterima langsung oleh perwakilan DPRD Garut serta Sekretaris Daerah Kabupaten Garut.

Ketua FAGAR Kabupaten Garut, Ma’mol Abdul Faqih, mengungkapkan saat ini di Garut ada sekitar 1.600 tenaga honorer, mulai dari guru, tenaga kesehatan, dan tenaga teknis lainnya, yang seharusnya dilantik menjadi PPPK bulan April tahun ini, tetapi harus tertunda hingga tahun 2026.

Hal inilah yang ditolak oleh mereka hingga turun aksi.

"Harusnya April tahun ini sudah dilantik karena sekarang saja 599 honorer NIP PPPK-nya sudah terbit, jadi tinggal sedikit lagi rampung, semua bisa dilantik, tiba-tiba ada edaran dari Kemen PAN-RB menunda," katanya di sela aksi.

Ma’mol berharap DPRD Garut bisa ikut menyuarakan keresahan para tenaga honorer akibat penundaan tersebut dengan cara bersurat ke pemerintah pusat untuk menolak surat edaran penundaan pengangkatan PPPK dan CASN yang dikeluarkan Kemen PAN-RB.

"DPRD Garut harus menolak kebijakan soal penundaan pengangkatan PPPK dan CASN. Kalau perlu, sama-sama ke pusat menyuarakan penolakan ini," katanya.

Iman Alirahman, anggota Komisi I DPRD Garut yang juga mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, menegaskan pihaknya tentu akan berupaya memperjuangkan hak para honorer yang akan diangkat menjadi PPPK dan siap jika harus menyuarakan tuntutan para honorer ke pemerintah pusat.

"Kami sudah sepakat bahwa ke mana pun harus kami datang, konsultasi, kami siap untuk memenuhi kewajiban itu," ucap Iman.

Iman mengaku akan segera melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat agar bisa menerima aspirasi dari para honorer di Garut.

"Kami besok akan ke Jakarta untuk menyampaikan bahwa Pemda Garut sudah siap mengangkat para honorer jadi PPPK," katanya.

Di tempat yang sama, Nurdin Yana, Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, pun menegaskan bahwa pemerintah daerah bersama DPRD Garut akan berangkat ke Jakarta dan berusaha meyakinkan pemerintah pusat bahwa Pemkab Garut telah siap mengangkat para tenaga honorer menjadi PPPK.

"Kami sudah siap dengan berbagai kebutuhan kepentingan itu (pengangkatan) bahwa sampai dengan paruh waktu sekalipun," ucapnya.

Nurdin mengakui, secara normatif kebijakan penundaan pengangkatan ini tidak mungkin lagi karena regulasi tertinggi ada di Kemen PAN-RB terkait dengan pengangkatan PPPK itu.

Namun, pemerintah dan DPRD Garut akan berusaha memperjuangkan apa yang jadi aspirasi para honorer sekecil apapun peluangnya.

"Sekecil apa pun peluangnya, kami bersama DPRD akan melakukan upaya-upaya politik," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/03/12/160817878/tolak-penundaan-pengangkatan-pppk-ribuan-tenaga-honorer-demo-dprd-garut

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com