Erna mengaku bahwa dirinya sudah datang sejak subuh, tetapi ia diminta fotokopi KTP berwarna sebagai syarat untuk membeli sembako murah.
“Sangat kecewa karena saya datang dari jam 5 subuh udah antre, tapi (diminta) fotokopi KTP berwarna (info tersebut) tidak di-share, saya bawa yang hitam putih. (Saat kembali ke barisan) sudah penuh, yang jelas ini kan penataannya tidak teratur, (misal) satu jalur ini malah dua jalur jadi membeludak dan tidak tertata,” kata Susi kepada awak media di Kantor Pos Kota Sukabumi, Selasa (18/3/2025).
Susi mengaku tak ingin kembali mengantre untuk hari kedua atau ketiga.
Ia juga meminta kepada Dedi Mulyadi agar memotret langsung pasar murah yang tengah berlangsung di masyarakat.
“Untuk Bapak Aing Pak Dedi, saya mohon datang ke TKP, khususnya ke wilayah Sukabumi Tipar Citamiang, ini karena banyak kejadian, bahkan ada yang pingsan,” lanjut Susi.
Sementara itu, Alita Dila, Ketua Satgas Operasi Pasar Subsidi Kota Sukabumi, mengungkap bahwa ada pembatasan sembako murah yang dijual per harinya.
Alita memaparkan bahwa Bulog melalui Kantor Pos Kota Sukabumi hanya menyediakan 3.000 paket, dengan skema pembagian 1.000 paket selama tiga hari.
“Kita kan dari Bulog itu ada 3.000 paket, nah kita bikin tiga hari, Selasa, Rabu, Kamis. Harganya Rp 72.000, itu sudah disubsidi, sudah dipotong 50 persen, harusnya sekitar Rp 142.000 kalau tidak salah,” imbuh Dila.
Masyarakat masih bisa mendapatkan sembako murah pada hari Rabu (19/3/2025) dan Kamis (20/3/2025) di halaman Kantor Pos Kota Sukabumi.
https://bandung.kompas.com/read/2025/03/18/125923478/kecewa-tak-dapat-sembako-murah-warga-minta-dedi-mulyadi-turun-ke-sukabumi