Salin Artikel

Demo di Karawang, Pos Gedung DPRD Rusak, 15 Mahasiswa Diklaim Hilang

Aksi yang diorganisasi oleh Komite Rakyat Sipil Karawang (KRSK) ini dimulai sekitar pukul 15.00 WIB, dengan massa yang melakukan orasi dan membacakan 15 tuntutan di Kompleks Aljihad sebelum longmarch menuju Kantor DPRD Karawang.

Dalam aksinya, massa mengekspresikan penolakan terhadap kebijakan yang dianggap mengekang hak-hak sipil, termasuk perluasan kewenangan militer dalam pemerintahan.

Koordinator Aksi KRSK, Tri Prasetyo, menegaskan bahwa kehadiran TNI dalam ruang sipil semakin mencemaskan.

"Kami menolak keras perjanjian kerja sama antara Pemprov Jawa Barat dan TNI Angkatan Darat. Hari ini, rakyat yang seharusnya memiliki kuasa atas ruang sipil justru semakin terpinggirkan," ungkap Tri kepada wartawan di sela aksi.

Tri menambahkan bahwa aksi tersebut bukan sekadar protes, melainkan juga perlawanan terhadap kebijakan yang dinilai bertentangan dengan prinsip demokrasi dan supremasi sipil.

Salah satu tuntutan utama adalah pencabutan Undang-Undang TNI yang dinilai memberikan ruang lebih besar bagi militer untuk campur tangan dalam urusan sipil, serta penolakan terhadap RUU Polri dan RUU Kejaksaan yang dianggap memperkuat impunitas.

Aksi demonstrasi ini juga menyoroti isu lingkungan, dengan tuntutan untuk pengesahan UU Perampasan Aset dan pembatalan UU Minerba yang dinilai merusak lingkungan dan merampas tanah rakyat.

"Kami tidak ingin melihat jalan-jalan di Karawang dibangun oleh TNI, sekolah-sekolah diisi oleh TNI, atau ruang sipil lainnya diambil alih oleh militer," tegas Tri.

Namun, situasi berubah menjadi ricuh saat massa mulai merusak fasilitas di DPRD Karawang, termasuk menjebol pagar dan merusak pos keamanan.

Polisi kemudian melakukan tindakan represif untuk membubarkan massa sekitar pukul 18.30 WIB.

"Itu kelompok kriminal yang sengaja bikin kacau di Karawang," ujar Edwar kepada wartawan.

Edwar menambahkan bahwa polisi sudah berupaya melakukan pendekatan persuasif sebelum akhirnya mengambil langkah tegas.

Beberapa orang ditangkap dalam proses tersebut, meski jumlahnya belum dapat dipastikan. "Ada beberapa yang kami amankan tadi, baik laki-laki maupun perempuan," kata Edwar.

Mahasiswa hilang

Di tengah kericuhan, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Cakra, Hilman Tamimi, melaporkan bahwa sedikitnya 15 mahasiswa hilang setelah aksi tersebut.

"Sampai Selasa malam, belasan mahasiswa tersebut tidak bisa dihubungi dan tidak diketahui keberadaannya," ungkap Hilman.

Ia menambahkan bahwa aksi tersebut awalnya damai, namun berubah menjadi kacau akibat provokator yang tidak berasal dari massa aksi.

Hilman juga menyoroti dugaan bahwa sejumlah oknum polisi melarang tim medis untuk memberikan pertolongan kepada massa yang terluka.

"Di titik evakuasi di Masjid Aljihad, banyak yang terluka. Namun, polisi menyerbu area tersebut sehingga massa berhamburan," katanya.

LBH Cakra telah membuka posko pengaduan orang hilang dan siap mendampingi hukum para korban yang ditangkap polisi. "Kami juga dapat kabar ada beberapa massa aksi yang ditangkap dan saat ini masih berada di Mapolres," pungkas Hilman.

https://bandung.kompas.com/read/2025/03/25/235925378/demo-di-karawang-pos-gedung-dprd-rusak-15-mahasiswa-diklaim-hilang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com