Alasan utama kemarahan tersebut bukan sekadar soal uang, melainkan sikap dan empati yang dinilainya kurang dari mereka.
Dalam perbincangan via telepon dengan Kompas.com, Dedi menjelaskan bahwa ia tidak menyukai orang yang bersikap elitis dan kurang memiliki empati.
Insiden bermula ketika ia menawarkan kompensasi kepada para mantan pegawai Hibisc dengan syarat mereka menanam pohon. Namun, respons yang diterima justru membuat dirinya geram.
"Saya tidak suka orang yang tidak punya empati, seolah-olah dia adalah kelas elite. Waktu saya bilang saya transfer, nanti kamu tanam pohon satu batang saja, dia malah mengatakan tidak ada permintaan menanam pohon di lokasi bekas Hibisc," ujar Dedi.
Menurutnya, permasalahan utama bukanlah uang, melainkan rasa kepedulian terhadap sesama.
Dedi menyoroti bagaimana pekerja lain rela menanam pohon demi mendapatkan kompensasi, sementara mantan pegawai Hibisc justru meminta hak tanpa usaha.
"Saya paling nggak suka orang yang berlagak luar biasa. Ini bukan perkara uang, tapi ingin melihat empati. Masak yang lain bekerja dan akhirnya dapat uang, sementara ada yang ongkang-ongkang dan tetap minta THR?" tambahnya.
Dedi menyesalkan bahwa ada orang-orang yang tidak menunjukkan kepedulian terhadap rekan-rekannya yang bekerja keras. Ia membandingkan dengan pekerja lain yang tetap mau bekerja meskipun memiliki latar belakang pendidikan rendah.
"Maksud saya, kok kamu itu nggak punya empati? Orang lain menanam pohon karena pendidikan rendah, tapi mereka tetap bekerja. Ini ada orang yang hanya berpangku tangan dan tiba-tiba minta THR," ungkapnya.
Meski kesal, Dedi tetap akan memberikan kompensasi kepada mantan pegawai tersebut dengan meminta nomor rekening mereka.
Namun, ia berharap mereka menyadari bahwa pemberian tersebut seharusnya diimbangi dengan sikap peduli terhadap sesama.
"Walau saya marah, tetap saya minta nomor rekening. Saya tuh pengennya dia punya empati ke rekannya yang menanam pohon. Saya marah bukan karena ditagih uang, bukan perkara uang, tapi soal apakah dia punya empati atau tidak," tegasnya.
Di sisi lain, Dedi juga membagikan unggahan di media sosial yang menunjukkan para eks pegawai Hibisc yang kini bekerja menanam pohon di lokasi bekas tempat mereka bekerja. Ia menegaskan bahwa ini adalah bagian dari upaya mengembalikan Puncak kepada masyarakat.
"Mereka sekarang sudah menanam pohon. Setelah ini tak jadi pengangguran, tugasnya ngurus tangkal di lembur sorangan (mengurus pohon di kampung sendiri)," ujar Dedi.
Dengan menanam pohon, ia berharap kawasan Puncak kembali hijau dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Dedi pun mengajak semua pihak untuk menanam pohon di lahan eks Hibisc dan daerah resapan air lainnya sebagai bagian dari gerakan pelestarian lingkungan.
"Kita kembalikan Puncak milik kita, Puncak nu urang (punya kita). Sabab urang anak, incu, putuna (karena kita adalah keturunan asli Puncak)," tutupnya.
https://bandung.kompas.com/read/2025/03/27/224705478/mengapa-dedi-mulyadi-begitu-marah-ke-sejumlah-eks-pegawai-hibisc