Permintaan maaf itu disampaikan Dedi Mulyadi lewat akun Instagramnya @dedimulyadi71.
"Maafkan agak nge-gass, tapi yakinklah saya sangat sayang kepada kalian semua," ujar Dedi dikutip dari akun Instagramnya, Jumat (28/3/2025).
Adapun awal mula kemarahan Dedi terjadi saat dia didatangi sejumlah mantan pegawai Hibisc Fantasy di Puncak Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Saat itu, Dedi bersama tim konten video hendak pulang seusai melihat kondisi bangunan Hibisc Fantasy yang telah dibongkar.
Puluhan eks pegawai yang nasibnya terluntang-lantung itu kemudian datang hendak menagih janji kompensasi yang bakal diberikan Dedi Mulyadi.
Namun, Dedi Mulyadi menegur mereka karena hal tersebut.
"Saya kasih bantuan kepada Anda asal mau bantu menanam pohon," ucap Dedi dengan nada tinggi.
Salah satu mantan pegawai Hibisc menanggapi pernyataan Dedi. Eks pegawai yang memakai kerudung menagih janji Dedi Mulyadi yang disampaikan dalam video beberapa waktu lalu.
Pada video itu, diketahui Dedi menyebut akan memberi kompensasi bagi pekerja yang terdampak pembongkaran Hibisc.
Dedi lalu menegaskan bahwa ini bukan perkara apa yang disampaikan di dalam video. Saat itu pula Dedi langsung terlihat kesal dan marah.
"Dengerin dulu, bukan urusan videonya. Saya membantu kompensasi Anda yang nganggur di sini, tetapi saya minta tanggung jawab moral Anda," ucap Dedi dengan wajah yang memerah serta nada tinggi.
Penjelasan Dedi Mulyadi
Dalam perbincangan dengan Kompas.com, Dedi mengatakan alasan utama kemarahan tersebut bukan sekadar soal uang, melainkan sikap dan empati yang dinilainya kurang dari mereka.
Dedi tidak menyukai orang yang bersikap elitis dan kurang memiliki empati.
Dedi menjelaskan, insiden bermula ketika ia menawarkan kompensasi kepada para mantan pegawai Hibisc dengan syarat mereka menanam pohon.
Namun, respons yang diterima justru membuat dirinya geram.
"Saya tidak suka orang yang tidak punya empati, seolah-olah dia adalah kelas elite. Waktu saya bilang saya transfer, nanti kamu tanam pohon satu batang saja, dia malah mengatakan tidak ada permintaan menanam pohon di lokasi bekas Hibisc," ujar Dedi.
Menurutnya, permasalahan utama bukanlah uang, melainkan rasa kepedulian terhadap sesama.
Dedi menyoroti bagaimana pekerja lain rela menanam pohon demi mendapatkan kompensasi, sementara mantan pegawai Hibisc justru meminta hak tanpa usaha.
"Saya paling nggak suka orang yang berlagak luar biasa. Ini bukan perkara uang, tapi ingin melihat empati. Masak yang lain bekerja dan akhirnya dapat uang, sementara ada yang ongkang-ongkang dan tetap minta THR?" tambahnya.
Dedi menyesalkan bahwa ada orang-orang yang tidak menunjukkan kepedulian terhadap rekan-rekannya yang bekerja keras.
Ia membandingkan dengan pekerja lain yang tetap mau bekerja meskipun memiliki latar belakang pendidikan rendah.
"Maksud saya, kok kamu itu nggak punya empati? Orang lain menanam pohon karena pendidikan rendah, tapi mereka tetap bekerja. Ini ada orang yang hanya berpangku tangan dan tiba-tiba minta THR," ungkapnya.
Meski kesal, Dedi tetap akan memberikan kompensasi kepada mantan pegawai tersebut dengan meminta nomor rekening mereka.
Namun, ia berharap mereka menyadari bahwa pemberian tersebut seharusnya diimbangi dengan sikap peduli terhadap sesama.
"Walau saya marah, tetap saya minta nomor rekening. Saya tuh pengennya dia punya empati ke rekannya yang menanam pohon. Saya marah bukan karena ditagih uang, bukan perkara uang, tapi soal apakah dia punya empati atau tidak," ujar Dedi.
https://bandung.kompas.com/read/2025/03/28/204159178/dedi-mulyadi-minta-maaf-usai-marah-dan-semprot-eks-pegawai-hibisc-puncak