Dalam kampanye tersebut, Farhan mengusulkan sistem pengangkutan sampah yang membedakan antara hari ganjil untuk sampah organik dan hari genap untuk sampah anorganik.
Farhan menekankan pentingnya pemilahan sampah di tingkat rumah tangga sebagai langkah awal sebelum menerapkan sistem ganjil genap.
"Kita akan memastikan bahwa di hulu, di wilayah warga, semuanya harus bisa melakukan pemilahan dan harus ada kawasan untuk pengangkutan, karena tidak semua RW punya kemampuan," jelasnya.
Sementara itu, untuk mengatasi masalah persampahan yang ada, pemerintah Kota Bandung berencana memperbanyak kawasan bebas sampah (KBS).
Kawasan ini diharapkan dapat mengurangi volume pengangkutan sampah hingga 30 persen, sehingga mengurangi frekuensi pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Farhan menjelaskan bahwa wilayah yang dinyatakan sebagai KBS biasanya sudah menerapkan metode pengurangan sampah, seperti insinerator atau magotisasi.
"Dari 413 RW yang sudah jagoan Kangpisman dan sudah KBS, kita akan pilih champion-championnya, kelompok swadaya masyarakatnya akan kirim ke RW-RW yang belum KBS untuk jadi pelatih," tandasnya.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Kota Bandung dapat lebih efektif dalam menangani masalah persampahan di masa mendatang.
https://bandung.kompas.com/read/2025/04/09/142708278/rencana-pengangkutan-sampah-ganjil-genap-kota-bandung-belum-bisa