Salin Artikel

Respons DPRD dan Sekda Garut soal 2.600 Lebih Kendaraan Pemkab Belum Bayar Pajak

GARUT, KOMPAS.com - Antusiasme masyarakat untuk membayar pajak kendaraan bermotor yang tinggi usai Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan program pemutihan pajak kendaraan belum diikuti antusias Pemerintah Daerah Kabupaten Garut.

Dari 6.057 kendaraan milik Pemkab Garut yang tercatat di kantor Samsat Garut, ada 2.623 kendaraan yang tercatat belum membayar pajak hingga Senin (14/4/2025).

"Data kendaraan Pemkab Garut sejumlah 6.075 kendaraan bermotor, yang membayar 3.434 kendaraan bermotor dan yang menunggak 2.623 kendaraan," kata Ervin Yanuardi Effendi, Kepala Samsat Garut, Senin (14/4/2025) lewat aplikasi pesan.

Jumlah kendaraan tersebut merupakan gabungan antara kendaraan bermotor roda dua dan roda empat milik Pemkab Garut yang tercatat di Samsat Garut.

Anggota Komisi I DPRD Garut yang juga Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Luqi Saadilah Farindani, melihat bahwa pemerintah daerah seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat dalam hal taat pajak.

Di saat masyarakat antusias membayar pajak kendaraannya, ternyata ada ribuan kendaraan milik pemerintah yang belum membayar pajak.

"Tiap tahun kan dinas sudah menganggarkan untuk membayar pajak kendaraan, jadi tidak ada alasan tidak ada anggarannya," kata Luqi yang juga anggota Badan Anggaran DPRD Garut lewat sambungan telepon, Senin (14/4/2025) sore.

Luqi juga meminta pemerintah daerah segera menjelaskan masalah ini agar tidak melukai rasa keadilan masyarakat.

"Kalau memang kendaraannya sudah tidak operasional, silakan didata dan keberadaannya di mana," katanya.

Temuan ini, menurut Luqi, juga menjadi momen bagi bagian aset untuk menginventarisasi aset kendaraan milik pemda dan mendata pemegang kendaraan tersebut, agar tidak ada kendaraan yang menjadi simpanan mantan pejabat.

"Bagian aset harus menginventarisasi ulang, di mana kendaraannya, siapa yang memegangnya," katanya.

Ditemui terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Garut Nurdin Yana mengungkapkan bahwa adanya data 2.600 lebih kendaraan motor milik Pemkab Garut yang belum bayar pajak bisa terjadi karena adanya perbedaan data antara Samsat dengan Pemkab Garut yang saat ini tengah ditelusuri pihaknya.

"Ada beberapa kemungkinan, yang pertama barang milik daerah yang ada di desa yang belum diserahkan ke desa," katanya saat ditemui Selasa (15/4/2025) pagi seusai pelantikan CPNS dan PPPK angkatan tahun 2024 di Alun-Alun Garut.

Selain itu, menurutnya, ada juga kemungkinan kendaraan yang sudah dilelang (dum) tetapi belum dibalik nama oleh pemiliknya,

Semua akan dicari oleh Pemkab Garut agar datanya bisa lebih riil.

"Kalau di dinas (SKPD) pasti sudah bayar, kalau ada dinas yang belum bayar, kami akan beri sanksi karena anggarannya sudah ada," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/04/15/093423878/respons-dprd-dan-sekda-garut-soal-2600-lebih-kendaraan-pemkab-belum-bayar

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com