Salin Artikel

Reaktivasi Jalur Kereta Banjar-Cijulang, Nostalgia Warga Pangandaran Naik Gerbong Kayu

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana mengaktifkan kembali atau reaktivasi sejumlah jalur kereta api.

Salah satu jalur yang disebut-sebut bakal diaktifkan lagi ialah jalur Banjar-Cijulang.

Rencana reaktivasi ini disambut antusias warga Kabupaten Pangandaran.

Salah seorang warga Parigi, Pangandaran, Kusnadi (55), mengenang masa kecilnya saat menaiki kereta bermesin diesel tersebut.

Seingat dia, sekitar tahun 1984, kereta transit di sejumlah stasiun dari Cijulang hingga Kota Banjar.

Stasiun tersebut ialah Cijulang, Parigi, Batu Hiu, Cibenda, Cikembulan, Pangandaran, Kalipucang, Tunggilis, Ciganjeng, Padaherang, Banjarsari, dan Banjar.

"Kereta melintas pukul 09.00 WIB dan 14.00 WIB," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (21/4/2025).

Lokomotif dan gerbong kereta api tersebut berwarna hijau dan kuning.

Jumlah gerbongnya jauh lebih sedikit dibanding kereta masa kini.

"Hanya empat gerbong," ujar Kusnadi.

Gerbongnya pun tidak sepanjang kereta saat ini. Panjangnya hanya sekitar 5-6 meter.

"Ukurannya lebih kecil dari gerbong kereta sekarang. Gerbong sekarang panjang dan lebar," katanya.

Menurut Kusnadi, gerbong kereta saat itu karasorinya terbuat dari kayu. Kursi penumpang di kabin kereta juga terbuat dari kayu. Posisi duduk penumpang berhadap-hadapan.

Namun, di bagian tengah kabin ada kursi memanjang.

"Duduknya kayak di angkot, hadap-hadapan. Namun, di tengahnya ada bangku panjang," kata Kusnadi.

Dia mengibaratkan, tampilan kereta api yang melayani jalur Banjar-Cijulang mirip dengan kereta-kereta wisata saat ini di Ambarawa, Jawa Tengah.

"Gerbong kayu, lokomotifnya diesel," ucapnya.

Selain mengangkut penumpang, kereta juga mengangkut hasil bumi dari Pangandaran untuk dijual ke daerah lain.

Hasil bumi salah satunya kelapa.

"Harga tiketnya saya lupa, yang ingat ada semacam kartu kemudian diceplok (distempel) kondektur," kenang dia.

Pemandangan Indah

Ihwal pemandangan di jalur Banjar-Cijulang, kata Kusnadi, jangan ditanya.

Pemandangannya sangat indah, memanjakan mata para penumpangnya.

"Melintasi bukit dengan pemandangan indah, melintasi Jembatan Cikacepit dan terowongan," katanya.

Saat mendengar reaktivasi Jalur Banjar-Cijulang, Kusnadi menyambutnya secara antusias karena akses menuju Pangandaran semakin mudah dan cepat.

Dengan mudahnya akses, Pangandaran akan ramai didatangi wisatawan.

"Pasti lebih ramai," kata dia.

Hal senada dikatakan Kusmiati, warga Kecamatan Pangandaran.

Dia masih ingat saat berusia lima tahun, sekitar tahun 1983, diajak orangtuanya menuju Ciamis.

"Dulu kereta menjadi alat transportasi utama," katanya.

Adanya reaktivasi, Kusmiati berharap akses menuju daerah lain menjadi semakin mudah dan cepat.

Selain itu, tentu dengan biaya yang relatif lebih murah.

"Kalau warga mah, nyambut baik jika jalur kereta kembali aktif," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/04/21/112615378/reaktivasi-jalur-kereta-banjar-cijulang-nostalgia-warga-pangandaran-naik

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com