Salin Artikel

Dedi Mulyadi ke Bupati Dony: Tambang yang Merusak Alam Sumedang Tutup!

Secara tegas, KDM (sapaan Dedi Mulyadi) meminta Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir untuk menghentikan seluruh aktivitas penambangan ilegal di wilayah Sumedang.

Jaga alam sumedang

KDM juga menyerukan pentingnya rasa cinta terhadap Sumedang.

Salah satunya, dengan menjaga alam dan memulihkan kejayaan daerah eks Kerajaan Sumedang Larang ini.

"Lamun nyaah ka Sumedang, rek miara jeung ngajaga Sumedang, mulangkeun kana dangiangna. Eureunkeun penambangan ilegal di Sumedang. (Kalau sayang, mau memelihara dan menjaga Sumedang, kembalikan Sumedang ke kejayaannya, hentikan penambangan ilegal di Sumedang!)" ujar Dedi di sela pertunjukan wayang golek di Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS), Minggu (27/4/2025) dini hari WIB.

Dedi meminta Bupati Sumedang bersikap tegas dan tanpa ragu dalam menindak para perusak lingkungan di wilayah Sumedang.

"Pa Dony kudu leber wawanén. Tingaliken, tutup. Pokona jelema nu ngaruksak, tutup (Pak Dony harus berani, orang yang merusak alam tutup!)," tutur Dedi.

Selain itu, saat wawancara usai menghadiri acara peringatan Hari Jadi ke-447 Sumedang ini, KDM kembali menegaskan terkait pentingnya menjaga kelestarian alam Jawa Barat dengan menghentikan aktivitas tambang ilegal.

"Tidak perlu takut, yang ilegal tutup, jaga alam Sumedang," sebut Dedi.

Menanggapi permintaan KDM, Dony menegaskan, penertiban tambang ilegal sudah menjadi bagian dari program pemerintahannya sejak ia menjabat.

Penutupan 30 tambang ilegal

Dony mengatakan, hingga saat ini, pihaknya telah menutup sekitar 30 tambang galian ilegal di berbagai wilayah Sumedang, sejak tahun 2018.

"Sejak dilantik, kami sudah berkomitmen menjaga kelestarian alam Sumedang. Kami ingin, Sumedang menjadi kota yang bersih, seperti dahulu dikenal sebagai Kota Buludru," ujar Dony kepada Kompas.com usai pagelaran seni budaya di PPS.

Dony menyebutkan, sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan, Pemkab Sumedang aktif menggerakkan program Jumat Bersih.

Selain itu, menggalakkan pemilahan sampah dari rumah tangga hingga perkantoran, serta memperketat pengawasan terhadap aktivitas tambang.

"Saat ini, tambang yang memiliki izin pun, kami awasi ketat terkait luasan, kedalaman, dan kewajiban reklamasinya. Yang tidak berizin sudah kami hentikan. Bahkan, tambang-tambang yang masih dalam proses perizinan pun kami minta untuk berhenti beroperasi," tegas Dony.

Dony menambahkan, beberapa lokasi tambang yang baru-baru ini ditutup antara lain di Kecamatan Tomo.

Aktivitas tambang ilegal di wilayah Tomo ini sempat viral karena aktivitas penambangan pasir sungai.

Selain itu, aktivitas tambang di wilayah Batu Dua, Kecamatan Cisitu juga akan segera ditindaklanjuti.

"Kami selalu berkoordinasi dengan Satpol PP, camat, dan Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat. Ini menjadi bukti nyata, kami serius menjaga kelestarian lingkungan Sumedang," sebut Dony.

Butuh peran aktif warga

Dony mengatakan, dalam menindaklanjuti keberadaan tambang ilegal ini juga diperlukan peran aktif dari warga.

"Kami minta warga untuk ikut mengawasi aktivitas tambang di wilayah Sumedang dan segera melaporkan jika menemukan praktik tambang ilegal. Kami butuh bantuan semua pihak," kata Dony.

Mari bersama-sama menjaga Sumedang tetap bersih dan lestari. Karena menjadi kerugian sangat besar jika aktivitas tambang ilegal ini dibiarkan, pasirnya dikeruk, alamnya rusak, pajaknya tidak boleh ditarik karena ilegal," imbaunya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/04/27/141357478/dedi-mulyadi-ke-bupati-dony-tambang-yang-merusak-alam-sumedang-tutup

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com