Salin Artikel

Perjuangan Temu, Petugas Kebersihan Sekolah Bergaji Rp 800.000, Berangkat Haji Tahun Ini

Dengan langkah kaki gontai, ia menuju bangunan SMK Al-Hidayah, yang berjarak sekitar 200 hingga 300 meter dari rumahnya.

Tujuan Temu bukan untuk mengajar, melainkan untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan sebelum aktivitas belajar mengajar dimulai setiap hari.

Temu Menjadi Pilar Kebersihan Sekolah

Di usia 60 tahun, Temu menjadi orang kedua yang harus sudah berada di sekolah setelah petugas keamanan.

Ia bertanggung jawab membuka pintu kantor, membersihkan lantai, mengepel, merapikan meja, dan menyiapkan minuman.

Selain itu, ia juga mempersiapkan sejumlah peralatan ringan yang dibutuhkan kepala sekolah dan para guru.

Aktivitas pagi yang cukup padat ini telah dilakukan oleh warga Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, sejak tahun 2004 atau 21 tahun silam.

Temu melewati berbagai pergantian sistem kebijakan, kepala sekolah, dan para guru.

Hasanudin, kepala SMK Al-Hidayah, menyatakan bahwa Temu telah bergabung sejak sekolah pertama kali berdiri pada tahun 2004.

Ia tampak sangat bersemangat menjalankan tugasnya sebagai petugas kebersihan, merapikan seluruh area sekolah dari dasar hingga lantai atas.

Menggabungkan tugas rumah tangga dan pekerjaan

Sebagai seorang ibu rumah tangga, alasan utama Temu bekerja adalah untuk membantu suami mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga serta anak-anaknya.

Selain itu, ia juga berdagang dengan menyiapkan sarapan untuk para guru.

"Bu Temu sebagai petugas kebersihan, membersihkan halaman, lantai, menyiapkan minuman, dan juga sambil menjual makanan ringan, sejak awal berdiri, saat SMK N 1 kelas jauh dan berubah menjadi SMK Al-Hidayah di tahun 2008," ungkap Hasanudin saat ditemui Kompas.com pada Rabu (30/4/2025) pagi.

Menurut Hasanudin, Temu adalah pribadi yang disiplin terhadap waktu, pekerja keras, dan rajin menolong.

Meski bayaran yang diterima pada tahun 2004 hanya sekitar Rp 100.000 per bulan, Temu tetap menjalankan tugasnya dengan penuh kesungguhan.

Setiap tahun, kepala sekolah menaikkan nilai upahnya hingga saat ini Temu mendapatkan Rp 800.000.

Hasanudin merasa sangat kagum saat mengetahui bahwa dari penghasilannya sebagai petugas kebersihan dan dari hasil berdagang, Temu menabung untuk berangkat haji.

Dia berpendapat bahwa tidak semua pekerja memiliki kemauan dan semangat yang besar untuk meraih impian tersebut. 

"Kurang lebih Rp 100 ribuan tahun itu, sudah lama sekali. Sekarang sudah sekitar Rp 800 ribuan. Semua orang kagum dengan semangat beliau untuk menunaikan ibadah haji begitu kuat," tambah Hasanudin.

Bersama suaminya, Kadina (62), mereka memutuskan untuk mulai menabung pada tahun 2013 dan akhirnya mendapatkan jatah berangkat haji tahun 2025.

Selama 12 tahun, mereka berdua patungan, di mana suami Temu sebelumnya bekerja sebagai tukang bangunan dan kini menjadi petugas kebersihan di salah satu tempat makan.

"Lihat orang naik haji, saya pengen sekali ke tanah suci. Alhamdulillah, nabung sedikit demi sedikit, mulai November 2013. Sekarang, Alhamdulillah, bisa daftar dan mencapai porsi. Dibilang susah ya susah, tapi kan Allah yang memberikan rezeki. Selalu ada jalan," ungkap Temu saat ditemui di rumahnya, Rabu pagi.

Namun, perjalanan Temu tidaklah mulus.

Tahun lalu, ia sempat jatuh sakit setelah mengetahui kenaikan biaya haji yang signifikan.

Pikiran tentang biaya tersebut membuatnya sakit selama tiga bulan dan berat badannya turun drastis.

Setelah sembuh, ia menerima informasi mengenai pelunasan dan mendapat kesempatan untuk melunasi biaya haji, yang membuatnya merasa lega.

Temu bersama suaminya sudah menjalani seluruh proses pemeriksaan kesehatan, dokumen, dan peralatan lainnya.

Mereka akan diberangkatkan ke Tanah Suci pada 12 Mei 2025.

Temu tidak sabar untuk menginjakkan kaki di tanah suci dan menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji.

"Kebahagiaan ini tidak dapat diungkapkan," tutupnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/04/30/123639878/perjuangan-temu-petugas-kebersihan-sekolah-bergaji-rp-800000-berangkat-haji

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com