CIREBON, KOMPAS.com - Pihak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Desa Pelayangan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, bekerja sama dengan Polsek Gebang Polresta Cirebon menggelar imbauan peningkatan kewaspadaan pada momen yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Pantauan Kompas.com di lokasi, Kapolsek bersama sejumlah guru mengumpulkan seluruh siswa kelas 1 hingga kelas 6 di halaman.
Kapolsek memberikan imbauan agar para siswa-siswi tidak membawa barang-barang berharga yang menimbulkan perhatian.
"Khususnya para siswi, sampaikan ke orangtua ya agar tidak memberikan perhiasan kepada putrinya saat berangkat sekolah, untuk mengantisipasi kejadian serupa," kata AKP Wawan Hermawan, Kapolsek Gebang, saat memberikan imbauan di halaman sekolah, Jumat (2/5/2025) siang.
Imbauan ini menyusul peristiwa pencurian dan penipuan yang dilakukan orang tak dikenal yang pura-pura menjadi guru baru, yang terjadi pada Rabu (23/4/2025) pekan lalu.
Kronologi Kejadian
Ahmad Yanuar Sani, Guru Operator dan PJOK MINU Desa Pelayangan, menyampaikan kejadian tersebut berlangsung sangat singkat.
Berdasarkan saksi mata, pria tersebut masuk ke sekolah dan langsung mengumpulkan para siswi di kelas 3 sekitar pukul 09.10 WIB.
Di dalam kelas, pria yang diketahui menggunakan baju hijau langsung menyampaikan kepada anak-anak bahwa dirinya adalah guru baru.
Dia diperintah kepala sekolah untuk melakukan razia perhiasan kepada anak-anak yang memakai perhiasan ke sekolah.
"Kronologinya, hari Rabu sekitar pukul 09.10 menit sampai dengan 09.20 menit, dengan modus sebagai guru baru dengan instruksi kepala sekolah bahwa akan melaksanakan razia berupa perhiasan, akhirnya anak-anak yang di depan kelas disuruh masuk," kata Ahmad saat ditemui Kompas.com di lokasi.
Setelah masuk, Ahmad menyebut bahwa tersangka langsung melakukan eksekusi mengambil perhiasan para siswi.
Tanpa basa-basi, dia langsung melepas perhiasan yang digunakan para pelajar.
Pelaku mengatakan akan mengembalikan perhiasan saat pulang, tetapi setelah keluar kelas, pelaku langsung kabur.
Awalnya, kata Ahmad, kedatangan pria tersebut diketahui orangtua siswi, yang akhirnya menjadi salah satu korban.
Namun, karena tidak curiga, orangtua tersebut tetap berada di luar kelas dan tidak melakukan hal apa pun.
Pada saat bersamaan, pihak guru sedang berada di ruang guru.
Pihak guru tidak mengetahui dan tidak melihat keberadaan orang atau aktivitas anak-anak yang disuruh masuk.
Hal ini terjadi karena posisi ruang kelas 3 membelakangi ruang guru sehingga tidak terlihat aktivitasnya.
Setelah pergi, pelajar yang menjadi korban melapor kepada orangtuanya dan juga para guru.
Semua pihak bergerak mencari keberadaan orang tersebut, tetapi sudah menghilang.
Pihak sekolah bekerja sama dengan pemerintah Desa Pelayangan dan juga kepolisian untuk menangkap pelaku kejahatan.
Sebagai antisipasi, pihak guru akan segera memasang kamera pemantau di tiga titik yang menjadi potensi kerawanan karena tidak terlihat dari ruang guru.
Kapolsek Gebang, Wawan Hermawan, juga meminta agar pemasangan CCTV segera dilakukan mengingat sekolah tersebut terbuka.
Sekolah ini tidak tertutup dalam satu lingkungan yang sama, melainkan terbuka sehingga banyak orang yang bisa melintas.
Pihaknya juga meminta piket guru dilakukan secara disiplin sehingga guru yang bertugas di hari tersebut dapat optimal dan maksimal melakukan penjagaan.
Dia berharap hal ini tidak terjadi di tempat lain.
Untuk penanganan kasus, dia sudah berkoordinasi dengan banyak pihak untuk melakukan pencarian dan pengejaran terhadap pelaku.
"Semoga hal ini tidak terjadi lagi dan kekurangan CCTV serta jadwal pihak guru segera dilengkapi," ucap Wawan.
"Kami juga sedang berkoordinasi dengan pihak lain karena informasinya juga beraksi di beberapa tempat. Kami selidiki terus," tutur Wawan.
https://bandung.kompas.com/read/2025/05/02/133541178/kronologi-guru-baru-gasak-emas-siswi-di-cirebon-razia-kilat-perhiasan