Salin Artikel

Sambil Menangis ke Dedi Mulyadi, Seorang Ibu Minta Anaknya Dimasukkan ke Barak Militer, Ini Penyebabnya

Ibu tersebut memohon sambil menangis agar anaknya yang bersekolah di STM dapat dimasukkan ke barak militer, tempat siswa nakal menjalani sekolah semi militer di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha Batalyon Artileri Medan 9, Kabupaten Purwakarta.

"Saya minta tolong dengan hormat, Pak, karena anak saya kurang didikan bapaknya (almarhum). Saya minta tolong dimasukin ke, saya suka lihat di (medsos)," kata ibu tersebut pada unggahan di akun YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel dan dikonfirmasi Kompas.com, Senin (5/5/2025) malam.

Dedi kemudian bertanya, anaknya mau diusulkan masuk ke mana.

"Saya minta tolong ke bapak," ujar ibu tersebut.

Dedi langsung paham bahwa yang dimaksud ibu itu adalah memasukkan anaknya ke barak militer.

"Oh, ke barak militer? Melanggar HAM, Bu. Katanya melanggar HAM yang kaya gitu, melanggar hak anak. Kenapa ibu mau nitipin?," kata Dedi.

Dedi sudah mengetahui bahwa anak ibu tersebut berstatus anak berhadapan dengan hukum.

Saat ini, kasusnya sedang berproses di Polres Purwakarta.

"Kalau anak ibu beda dengan yang lain, (anak lain) tak berproses pidana," katanya.

Dedi mengatakan akan berkordinasi dengan Polres Purwakarta karena anak tersebut dalam proses pidana.

Kewenangan anak tersebut saat ini di bawah Polres, bukan lagi Disdik.

"Sok, nanti saya nanya ke Polres, prosesnya seperti apa. Apakah boleh dititipkan sementara di pembinaan anak-anak berperilaku khusus yang dikelola pemprov dan pemda," ujar Dedi.

Ibu itu bersikeras agar anaknya bisa masuk barak militer.

Dengan sekolah di barak militer, dia berharap anaknya berakhlak baik ke depannya.

"Saya terus mengingatkan dia agar shalat lima waktu. Kalau di barak, akhlaknya jadi lebih baik," kata dia.

Dedi menimpali, siswa yang sekolah di barak, dalam waktu tiga hari, sudah berperilaku baik. "Langsung bageur," ujarnya.

Anak ibu tersebut berhadapan dengan hukum karena berkelahi dengan korban yang masih temannya.

Akibat perkelahian itu, korban mengalami luka-luka akibat sabetan celurit milik anak si ibu itu.

Korban kini menjalani perawatan di rumah sakit.

Dedi bertanya, siapa yang menanggung biaya pengobatan korban.

Ibu tersebut belum mengetahuinya.

"Saya akan nengok dan meminta maaf," ucapnya.

Dedi kemudian berjanji akan menanggung biaya pengobatan korban.

Dia hanya meminta ibu itu untuk silaturahmi kepada keluarga korban.

"Kalau (biaya) dibebankan ke ibu, ibu nambah berat. Keluarga korban, biaya pengobatan saya urus. Ibu tinggal silaturahmi kepada keluarga korban, keinginannya seperti apa," kata Dedi.

Ibu tersebut mengucapkan terima kasih kepada Dedi.

"Alhamdulillah, mungkin jalannya seperti ini saya ketemu bapak. Takdir Allah," kata si ibu.

Dedi menimpali omongan si ibu, "Seharusnya ketemunya tidak lewat kasus penganiayaan," ujarnya lantas tersenyum.

Dedi kemudian memberikan sejumlah uang kepada ibu tersebut dan berjanji akan membantu menangani anaknya yang bermasalah.

https://bandung.kompas.com/read/2025/05/06/064758778/sambil-menangis-ke-dedi-mulyadi-seorang-ibu-minta-anaknya-dimasukkan-ke

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com