Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyampaikan, TNI rutin memusnahkan amunisi yang sudah lewat masa pakainya tersebut.
Menurut dia, biasanya, selesai peledakan, masyarakat datang untuk mengambil sisa-sisa amunisi yang dimusnahkan.
"Biasanya selesai peledakan, masyarakat datang untuk mengambil sisa-sisa, apakah serpihan logamnya dikumpulkan, atau besi, bekas dari granat atau mortir yang memang masyarakat mengambil sisa-sisa tersebut," katanya kepada Kompas TV.
Menurut dia, korban tewas dalam pemusnahan amunisi tak layak pakai di Garut ini 13 orang.
Sebanyak 4 prajurit TNI masuk dalam daftar korban tewas. Sementara itu, 9 korban lainnya dari warga sipil.
Jumlah korban tewas ini bertambah dari sebelumnya diberitakan 11 orang. Semua korban tewas sudah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pameungpeuk.
Saat ini, TNI melokalisasi tempat kejadian agar tidak berdampak lebih luas kepada masyarakat.
Tragedi ledakan tersebut juga jadi pembahasan intens di berbagai Grup WhatsApp warga di wilayah Garut Selatan.
Dari informasi yang dibagikan warga, peristiwa tersebut terjadi saat pemusnahan peluru kadaluarsa.
Insiden itu terjadi saat sejumlah warga yang berada di sekitar lokasi langsung mendekat sesaat setelah ledakan untuk mengumpulkan sisa-sisa material seperti bekas selongsong peluru (piston) dan kuningan yang dianggap bernilai jual.
https://bandung.kompas.com/read/2025/05/12/160351078/9-sipil-tewas-dalam-ledakan-di-garut-tni-ungkap-kebiasaan-warga-ambil-sisa