Ledakan tersebut menewaskan 13 orang, termasuk 4 anggota TNI dan 9 warga sipil.
Sejumlah dugaan awal mengemuka terkait insiden tersebut.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyatakan bahwa meskipun prosedur telah dijalankan sesuai standar, ada kemungkinan ledakan susulan terjadi setelah proses utama selesai.
“Kita dalami lagi. Mungkin ada ledakan kedua, detonator yang belum meledak, sehingga ketika masyarakat ke sana… tapi itu dugaan awal,” ujar Kristomei, dikutip dari tayangan KompasTV, Senin.
Terkait dengan adanya korban jiwa dari masyarakat sipil, Kapuspen menjelaskan, biasanya usai peledakan, masyarakat sekitar kerap datang ke lokasi untuk mengambil sisa-sisa logam dari amunisi yang telah dihancurkan.
“Biasanya selesai peledakan, masyarakat datang untuk mengambil sisa-sisa ledakan tadi, serpihan logamnya, tembaga, besi, bekas granat mortir. Itu juga sedang kita dalami lagi,” tambahnya.
Sifat amunisi kedaluwarsa
Saat disinggung terkait amunisi kedaluwarsa, Kristomei mengakui bahwa sifat amunisi tak layak pakai memang sulit diprediksi.
“Namanya amunisi kedaluwarsa, tidak bisa kita perkirakan. Nanti kita dalami,” katanya lagi.
Hingga saat ini, aparat TNI dan pihak berwenang masih melakukan penyelidikan mendalam.
Lokasi kejadian telah disterilkan, dan seluruh korban telah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk untuk otopsi dan pemulasaran jenazah.
Daftar identitas korban ledakan amunisi di Garut
Berikut ini daftar korban yang meninggal dunia:
https://bandung.kompas.com/read/2025/05/12/165245378/ledakan-amunisi-di-garut-tni-beberkan-dugaan-penyebab-dan-kebiasaan-warga