Salin Artikel

Manis Pahit Sopir AKAP, Dituduh Mencuri, Dianggap Saudara, hingga Jaga Anak Penumpang

CIREBON, KOMPAS.com - Usianya sebagai seorang sopir bus antar-kota antar-provinsi (AKAP) memanglah belum lama.

Namun, ceritanya penuh suka dan duka.

Selain menjaga nyawa, sopir juga rentan menjadi korban beragam tuduhan kehilangan barang oleh penumpang.

Namun, tak sedikit penumpang yang menganggap sopir sebagai saudara.

Hal ini dialami Muhammad Adib (44), warga Desa Sumbersuko, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Pria yang menjadi sopir PO Medali Mas ini baru-baru ini menjadi korban tuduhan tak berdasar oleh seorang penumpang.

Dia dituduh mencuri alat komunikasi milik seorang penumpang yang tertinggal di tempat duduk setelah turun dari bus.

Tuduhan itu disampaikan dengan kalimat dan nada kasar, tanpa mencari tahu lebih dalam.

"Belum lama ini, dia turun, tidak lama kemudian balik lagi, langsung ke kursi mencari sesuatu. Terus tanya HP-nya yang tertinggal ke saya, ya saya jawab tidak tahu, karena dari sebelum dia turun sampai dia naik lagi saya tidak pindah," kata Adib saat ditemui Kompas.com di Terminal Harjamukti Kota Cirebon pada Selasa (13/5/2025) siang.

"Dia tidak puas dan tidak percaya, langsung marah-marah," tuturnya. 

Adib menyikapi ini dengan tenang. Dia juga berusaha menenangkan penumpang itu.

Hingga beberapa saat setelah meluapkan emosi, ternyata teman satu bangkunya yang sebelumnya sudah pergi kembali ke bus.

Dia menunjukkan bahwa HP yang dianggap hilang telah diamankan temannya, tetapi tidak memberi tahu si pemilik.

Penumpang itu, kata Adib, langsung meminta maaf berulang kali kepadanya.

Adib yang menyadari risiko kerja hanya bisa memaafkan dan menyarankan penumpang agar lebih berhati-hati menjaga barang bawaan.

Adib memang belum lama menjadi sopir, baru sekitar tiga tahun.

Namun, keberadaan Adib di PO Bus Medali Mas sudah lebih dari lima tahun.

Sebelumnya, dia bertugas sebagai kondektur atau kernet dengan tugas trayek jurusan Tangerang-Malang.

Adib lebih banyak bertugas sebagai pencari penumpang, membawa dan memasukkan barang-barang penumpang ke bagasi.

Adib juga yang membantu menaikkan dan menurunkan penumpang serta beragam tugas lainnya.

Di posisi ini, Adib banyak menghadapi beragam jenis karakter penumpang.

Baginya, penumpang adalah "raja" yang harus dilayani dengan baik, mulai dari membawa barang, menunjukkan tempat duduk, hingga cara menarik ongkosnya.

Dia ingin penumpang yang ditangani selalu merasa nyaman dan aman.

Dianggap Saudara, Dipercaya Jaga Anak

Kebaikan sikap Adib ini berbalas.

Beberapa penumpang yang sudah menjadi pelanggan dan mengenalinya menganggapnya sebagai saudara.

Bahkan, mereka tak ragu untuk menitipkan anaknya saat mengantarkan ke pondok pesantren meski tidak didampingi keluarga.

"Saya tidak kenal satu per satu mereka, tetapi mereka yang sering naik dan sudah jadi langganan ya kenal. Selama kita baik, penumpang juga baik," ucapnya.

"Penumpang Jawa Timur banyak yang titip anaknya ke saya kalau mau kembali ke pondok pesantren, kalau orangtua tidak bisa mengantar," tambah Adib.

Hal yang sama dialami oleh Adi Candra (44), sopir kedua dalam satu bus Medali Mas bersama Adib.

Sopir yang lebih senior dari Adib ini bahkan berulang kali mendapatkan "buah tangan" dari penumpang.

Dia pernah menerima rambutan, durian, nasi bungkus, kue Lebaran, dan banyak lagi.

Candra yang merupakan warga Desa Sumber Pucuk, Kecamatan Sumber Pucuk, Kabupaten Malang, juga sudah menelan asam manis pahit menjadi sopir bus AKAP.

Dia menilai penumpang yang merasa kenal dekat dan baik tidak akan ragu terhadap sopir.

Sopir dianggap sebagai saudara satu keluarga yang membantunya mengantarkan dari tempat asal hingga ke tujuan.

Selama lebih dari lima tahun menjadi sopir, dia banyak mengenal warga Jawa Timur yang merantau ke Jakarta.

Rata-rata profesi mereka adalah tukang bangunan, pedagang, dan lainnya.

Mereka yang sudah dekat akan memberikan barang-barang yang mereka jual dengan alasan untuk merasakan buatannya.

"Kalau saya banyak dikenali perantau yang ke Jakarta, rata-rata pekerja bangunan dan pedagang. Kalau mereka pulang dan lagi ikut saya, ya banyak yang memberi bakso, gorengan, nasi bungkus, musim rambutan ya makan rambutan, sampai durian saya dikasih dari penumpang," kata Candra.

Tanggung Jawab Sopir

Dua sopir yang saling berbagi pengalaman kepada Kompas.com ini sepakat bahwa pekerjaan sopir lebih ringan daripada kondektur.

Sopir hanya diam di satu tempat, sementara kondektur selalu bergerak di setiap menaikkan dan menurunkan penumpang, serta memeriksa kondisi mobil.

Namun, meski lebih banyak duduk di belakang kemudi, tanggung jawab sopir jauh lebih berat.

Sopir menjadi orang yang paling bertanggung jawab untuk menjaga nyawa penumpang.

Sopir juga yang akan turun jika ada masalah di jalan.

Beruntung, sejak menjadi kondektur dan sopir, Adib tidak pernah mengalami musibah kecelakaan.

Berbeda dengan Candra, yang pernah menjadi korban kecelakaan.

Prinsipnya, kata Candra, jika ada masalah, kita tidak sengaja menabrak, ataupun kita tidak sengaja ditabrak.

Peristiwa yang kali pertama dialaminya terjadi di jalur tol Jawa Timur. Dia tidak sengaja menabrak bus penumpang lainnya yang dinilainya sembrono.

Pasalnya, bus itu tiba-tiba nyebrang ke kanan di saat bus yang dikendarai Candra sudah sangat dekat.

Setelah itu, bus yang tidak sengaja ditabrak Candra langsung terdorong ke bagian kiri dan masuk parit. Beruntung tidak ada korban jiwa, tetapi mobil rusak.

"Itu pengalaman pertama dan semoga terakhir. Penumpang di saya saat itu penuh, yang di depan sudah teriak karena kaget melihat bus itu tiba-tiba nyebrang ke kanan dan tidak kuat rem sampai tidak sengaja nabrak," ujarnya.

"Gemetar dan takut, tetapi saya tetap berusaha tenang dan berkomunikasi dengan kantor dan semua pihak. Akhirnya selamat dan selesai dengan kekeluargaan," ungkap Candra.

Meskipun sangat berisiko dan berat tanggung jawab, bagi Candra, menjadi sopir adalah salah satu pekerjaan yang mengasyikkan.

Sopir dapat selalu menikmati perjalanan yang memiliki banyak pelajaran. Salah satunya yang dia senangi adalah saat Idul Fitri datang di tiap tahun.

Dia senang karena mengantarkan para pemudik yang telah lama merantau di Jakarta dan sekitarnya pulang ke kampung halamannya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/05/14/051845478/manis-pahit-sopir-akap-dituduh-mencuri-dianggap-saudara-hingga-jaga-anak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com