Lewat unggahan di media sosialnya yang dikonfirmasi oleh Kompas.com, Minggu (25/5/2025), Dedi menyatakan bahwa memvisualisasikan masalah—meskipun secara dangkal—lebih berdampak dibanding hanya berimajinasi tanpa bukti.
"Seluruhnya itu harus dilakukan perubahan," tegas Dedi, merujuk pada berbagai kebiasaan negatif masyarakat seperti pengelolaan sampah yang buruk, perilaku berkendara ugal-ugalan, hingga kemalasan yang mengakar.
Menurutnya, perubahan sosial tidak akan terjadi hanya dengan narasi atau mimpi-mimpi kosong.
Ia lebih memilih menunjukkan langsung kepada masyarakat apa yang salah dan apa yang bisa diperbaiki, meski cara itu tampak sederhana.
“Walaupun visualisasi yang dilakukan adalah visualisasi dangkal tanpa visi, namun lebih baik daripada hanya mengajak berimajinasi tanpa bukti,” ujar Dedi dalam unggahan tersebut.
Pernyataannya muncul di tengah perjalanannya menuju Bandung untuk merayakan kemenangan Persib Bandung sebagai juara Liga 1 bersama warga Jawa Barat.
Suasana kemenangan tersebut ia manfaatkan untuk kembali mengingatkan pentingnya hidup sehat dan bermartabat.
"Salam untuk semuanya dan seluruh para penggemar sepak bola di manapun berada," ucapnya sambil mengajak masyarakat untuk terus menggerakkan tubuh dengan olahraga, membangun literasi hidup, dan membuka pintu hati.
"Karena manusia yang akan menikmati hidup adalah manusia yang memiliki pikiran yang pintar dan memiliki hati yang bersih," tambahnya.
Dengan pendekatan yang apa adanya namun menyentuh langsung akar persoalan, Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa perubahan tak harus muluk. Cukup dengan kejujuran, keteladanan, dan sedikit visualisasi yang membumi, perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang nyata.
https://bandung.kompas.com/read/2025/05/25/081327278/gaya-dedi-mulyadi-tangani-masalah-publik-visualisasi-dangkal-lebih-baik-dari