Salin Artikel

Warga Nilai Farhan-Erwin Belum Memuaskan, Popularitasnya Tenggelam oleh Dedi Mulyadi

BANDUNG, KOMPAS.com – Lembaga survei Parameter Konsultindo (Parmet) merilis hasil survei tingkat kepuasan warga Kota Bandung terhadap kinerja Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dan Wakil Wali Kota Erwin. Hasilnya menunjukkan mayoritas warga masih belum puas.

Survei dilakukan terhadap 485 responden yang berdomisili di Kota Bandung dan berusia minimal 17 tahun. Pemilihan responden dilakukan secara acak dengan metode multistage random sampling dan margin of error sekitar ±4,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka pada 3–10 Mei 2025.

Sebanyak 44 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja Farhan dan Erwin, sementara 47,6 persen menyatakan tidak puas, dan 8,5 persen tidak menjawab.

“Kesimpulannya, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung saat ini belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi masyarakat,” kata CEO dan Founder Parameter Konsultindo, Agus Aribowo, dalam konferensi pers di Hutanika, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin (2/6/2025).

Agus menyebut, warga Bandung mendesak pemerintah kota segera menyelesaikan sejumlah isu krusial, terutama soal penanganan sampah.

“Prioritas masalah yang harus diselesaikan ada dua, sampah dan permasalahan ekonomi. Program utama yang harus segera direalisasikan adalah penyediaan 15.000 lapangan kerja baru dan sampah habis hari ini,” tuturnya.

Sebanyak 29,3 persen responden menyebut penumpukan sampah sebagai masalah paling mendesak, disusul isu pengangguran dan lapangan kerja (22,9 persen), kondisi ekonomi masyarakat (11,8 persen), kemacetan lalu lintas (9,7 persen), infrastruktur dan banjir (7,6 persen), serta keamanan dan ketertiban (6,2 persen).

Agus juga menyoroti kurangnya sosialisasi program pemerintah kota kepada masyarakat.

“Sosialisasi program wali kota dan wakil wali kota Bandung kurang baik,” kata Agus.

Menurutnya, 64,7 persen responden merasa belum mengetahui secara jelas program kerja Farhan dan Erwin.

“Ini bisa jadi karena proses kanalisasi belum lancar. Ini menjadi PR untuk leading sector terkait. Hanya tinggal optimalisasi karena dinas menguasai media mainstream dan sosial media,” tambahnya.

Tertutup Popularitas Dedi Mulyadi

Dalam kesempatan yang sama, pengamat dari Centre for Economic and Development Studies (CEDS) Universitas Padjadjaran, Viktor Pirmana, menilai kinerja Farhan dan Erwin tertutup oleh gaya populis Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

“Persepsi masyarakat Kota Bandung terhadap wali kota dan wakilnya, sedikit banyak memang tertutup oleh gaya populis gubernur Dedi Mulyadi,” ujar Viktor.

Ia mengatakan, masyarakat berharap gaya kepemimpinan Dedi juga bisa diadopsi oleh kepala daerah lain.

“Pak gubernur ini jadi benchmarking bagi seluruh pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Sehingga secara psikologis kepuasan masyarakat Kota Bandung tertutup dengan gaya KDM. Jadi, KDM effect itu ada,” tandasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/06/02/155419678/warga-nilai-farhan-erwin-belum-memuaskan-popularitasnya-tenggelam-oleh-dedi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com