Salin Artikel

Jam Malam Pelajar di Jabar, Warga Minta Orangtua Juga Diberi Sanksi

GARUT, KOMPAS.com – Kebijakan jam malam untuk pelajar yang diberlakukan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menuai beragam tanggapan dari orangtua siswa.

Sebagian warga mendukung, namun menilai sebaiknya tanggung jawab tidak sepenuhnya dibebankan kepada anak. Orangtua pun perlu mendapat sanksi bila anaknya melanggar aturan.

"Anak ada di luar rumah di malam hari, apalagi bukan hari libur, artinya orangtua tidak melakukan tugasnya. Kalau orangtua melakukan tugasnya, anak pasti ada di rumah," ujar Asep Mulyana (54), warga Kampung Sanding, Kelurahan Muara Sanding, Kecamatan Garut Kota, Senin (2/6/2025) sore.

Menurut Asep—yang akrab disapa Yana—orangtua harus ikut bertanggung jawab jika anaknya tertangkap melanggar jam malam.

"Karena orangtua tidak melakukan tugasnya menjaga anaknya, maka orangtua juga harus dapat sanksi," tegasnya.

Pengurus RW 06 Kelurahan Muara Sanding, Yana menambahkan, kebijakan ini seharusnya didahului oleh sosialisasi menyeluruh hingga ke tingkat RT.

Tujuannya agar warga memahami aturan dan para pengurus lingkungan bisa turut membantu pelaksanaannya.

"Surat edarannya sudah saya sebar di grup pengurus RT dan RW, minimal dibaca dulu oleh pengurus. Kita belum bisa kasih penjelasan apa-apa," katanya.

Sementara itu, Heri Hendrawan (48), dosen Universitas Garut menilai, kebijakan ini terkesan tergesa-gesa dan belum dilandasi kajian yang komprehensif.

Hal ini menyebabkan aparatur di tingkat bawah belum memiliki panduan pelaksanaan maupun sanksi yang akan dikenakan.

"Kebijakannya terburu-buru, baiknya ada kajian agar kebijakannya tepat sasaran," ungkap Heri.

Dukungan atas kebijakan jam malam juga disampaikan oleh Wawan Bento (60), warga Perumahan Pasir Lingga, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler.

Ia melihat banyak kelompok motor yang masih aktif berkeliaran di malam hari dan melibatkan pelajar.

"Saya mendukung, jadi aparat ada dasar menindak anak-anak sekolah yang keluyuran malam," katanya.

Menurut Wawan, penindakan terhadap pelanggar jam malam harus menyertakan keterlibatan orangtua. Aparat bisa memanggil orangtua dan memberi peringatan agar lebih mengawasi anak-anak mereka, terutama pada malam hari di hari sekolah.

"Sebenarnya orangtua yang harus proaktif melakukan pencegahan. Setelah ada kebijakan jam malam ini, anak-anak harus lebih diperhatikan agar tidak keluar malam," ujar Wawan.

https://bandung.kompas.com/read/2025/06/02/173424878/jam-malam-pelajar-di-jabar-warga-minta-orangtua-juga-diberi-sanksi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com