Salin Artikel

Sudah Dilakukan Dedi Mulyadi Sejak 2015, Sekolah 5 Hari Tanpa PR dan Masuk Pukul 06.30 Bukan Hal Baru

Kebijakan ini sudah lebih dulu diterapkan oleh Dedi Mulyadi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta pada 2015.

Kebijakan tersebut dituangkan secara resmi dalam Peraturan Bupati (Perbup) Purwakarta Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter.

Melalui Perbup itu, Dedi Mulyadi menetapkan sejumlah aturan inovatif di sektor pendidikan. Di antaranya, sekolah hanya berlangsung lima hari dalam seminggu, siswa tidak diberi PR akademik, dan kegiatan belajar mengajar dimulai sejak pukul 06.30 pagi.

Saat dikonfirmasi Kompas.com terkait Perbup itu, Dedi Mulyadi membenarkannya.

Saat itu, ia menerbitkan Perbup tentang jam sekolah lima hari dan masuk pukul 06.30 untuk wilayah pedesaan dan pukul 07.00 untuk perkotaan.

Selain itu, Dedi juga memberlakukan kebijakan agar guru tidak memberikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah (PR) bagi siswanya.

"Kami ingin anak-anak tidak terbebani oleh tugas-tugas sekolah setelah pulang. Biarkan mereka punya waktu bersama keluarga, belajar kehidupan, dan mengembangkan karakter,” kata Dedi Mulyadi via telepon, Senin (16/6/2025).

Selain menghapus PR akademik, Perbup 69/2015 juga mewajibkan siswa mengisi kegiatan di luar sekolah dengan aktivitas budaya, keagamaan, atau sosial yang membentuk nilai-nilai karakter. Tujuannya adalah membentuk pelajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan kedisiplinan.

Waktu masuk sekolah yang dimajukan menjadi pukul 06.30 juga dimaksudkan untuk melatih kedisiplinan dan semangat anak-anak sejak pagi hari.

Para guru pun dituntut untuk memberikan contoh teladan dengan hadir lebih awal dan mengisi sesi awal dengan pembacaan doa atau refleksi nilai-nilai moral.

Kini, ketika kebiajakan serupa kembali diberlakukan saat Dedi Mulyadi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Dedi menegaskan seluruh sekolah di Jabar akan mulai berlangsung pada pukul 06.30 WIB saat tahun ajaran 2025/2026, sekaligus menepis kabar bahwa jadwalnya akan dimajukan jadi 06.00 WIB.

Melalui Surat Edaran Nomor 58/PK.03/DISDIK, dijelaskan sekolah dimulai Senin–Kamis pukul 06.30 selama 195 menit, sedangkan di Jumat belajar selama 120 menit.

Selain itu, juga Dedi resmi menghapus PR bagi siswa di seluruh jenjang pendidikan di Jabar melalui Surat Edaran Nomor 81/PK.03/DISDIK.

Alasannya PR sering dikerjakan oleh orangtua, tidak efektif, dan justru membebani siswa. Waktunya lebih baik digunakan untuk berkembang lewat kreativitas, olahraga, dan membantu keluarga

Kebijakan Dedi baik saat menjadi Bupati Purwakata tahun 2015 hingga Gubernur Jawa Barat tahun 2025 ini mengingatkan bahwa pendidikan karakter memang memerlukan kebijakan yang konsisten dan menyeluruh.

“Dulu sempat dikritik, tapi sekarang jadi bahan diskusi nasional. Artinya, kalau kebijakan itu baik, cepat atau lambat akan diterima,” ujar Dedi dalam sebuah kesempatan.

Dengan pengalaman penerapan di Purwakarta, Dedi Mulyadi menilai bahwa konsep sekolah lima hari tanpa PR dengan jam masuk pagi bisa dijalankan dengan baik, selama ada komitmen dari semua pihak—guru, orang tua, dan pemerintah daerah.

https://bandung.kompas.com/read/2025/06/16/163138878/sudah-dilakukan-dedi-mulyadi-sejak-2015-sekolah-5-hari-tanpa-pr-dan-masuk

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com