Salin Artikel

Sentil Pengembang agar Peduli Masyarakat, Bupati Bandung: Banjir, Ngadu ke Mana?

BANDUNG, KOMPAS.com - Bupati Bandung Dadang Supriatna menyentil para pengembang yang ingin membangun di wilayah Kabupaten Bandung agar tidak mengedepankan ego sektoral.

Sentilan ini dilontarkan lantaran tak sedikit pengembang, terutama pengembang kawasan komersial, yang kerap tidak mengetahui isi dari Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2022.

Dadang menjelaskan, Perda tersebut mengatur kawasan komersial agar secara bertahap membangun sistem pengelolaan sampah secara mandiri.

Setelah dibangun, sistem pengelolaan sampah tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah (pemda) untuk dikelola menjadi aset daerah.

"Jadi, memang pemerintah tidak hadir di sini karena ini merupakan kawasan komersial. Sebagai catatan, ini berlaku untuk pengembang yang lain, jadi jangan ego sektoral, kita ada aturan," katanya ditemui seusai Peresmian Tempat Pemulihan Material Sampah (TPMS) Padumukan Podomoro Lestari di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/6/2025).

Dadang mengaku geram dengan pernyataan pengembang yang menyebut pembangunan pendukung kawasan, seperti pengelolaan sampah, dianggap tidak mengikutsertakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Justru, kata Dadang, apa yang dibangun pengembang, terutama di kawasan komersial, menjadi beban pemerintah daerah.

"Jadi, tidak akan berhasil suatu pengembang tanpa dukungan pemerintah daerah. Artinya, saya tidak setuju dengan kalimat tidak menggunakan atau tidak memberatkan APBD, justru memberatkan pemerintah daerah. Jadi, kalau bicara soal pembangunan wilayah, harus berpikir makro," ujar dia.

Selama ini, kata Dadang, pihaknya tidak pernah merugikan pihak pengembang, terutama para pengembang di kawasan komersial.

"Bisa dibayangkan kalau tidak ada PBG (Persetujuan Bangunan Gedung), kawasan komersial mana mungkin laku, mana ada pengelolaan sampah kalau tidak ada masyarakat? Jadi, sebagai makhluk sosial, harus berempati," ujar dia.

Selain itu, Dadang mengingatkan pengembang agar bisa berkolaborasi dengan warga setempat.

Menurut dia, kepedulian para pengembang di kawasan komersial kerap jadi sorotan.

Dia meminta setiap pengembang perumahan yang berimpitan harus membuat akses apa pun untuk kerukunan sesama warga.

"Kenapa? Karena yang biasa jadi penyimpanan air diubah menjadi perumahan, kemudian banjir, kan tetap masyarakat setempat yang kena imbas. Kemudian warga mengadu ke mana? Ke pemerintah daerah, paling tidak ke Pak Camat atau ke Pak Kades," tutur dia.

Tak hanya itu, Dadang mengingatkan para pengembang kawasan komersial agar membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) agar bisa melancarkan akselerasi pembangunan daerah.

"Jangan lupa bayar BPHTB-nya, Pak, supaya bisa membangun daerah. Kelancaran pembangunan salah satunya bagaimana kepatuhan Bapak-Ibu membayar pajak penghasilan," tutur dia.

https://bandung.kompas.com/read/2025/06/20/152206478/sentil-pengembang-agar-peduli-masyarakat-bupati-bandung-banjir-ngadu-ke-mana

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com