Salin Artikel

Maryamah Cemas Menanti Kepulangan Putrinya dari Iran yang Tertahan di Azerbaijan

Sayyida adalah mahasiswi program doktoral di Ahlul Bayt International University di Teheran, yang baru saja dievakuasi dari Iran ke Azerbaijan akibat konflik antara Iran dan Israel.

Meski putrinya terus meyakinkan bahwa kondisinya baik-baik saja, Maryamah mengaku belum merasa tenang hingga dapat melihat Sayyida kembali ke Indonesia.

"Sekarang masih cemas juga karena menunggu kedatangannya. Dia dievakuasi dari Iran dan sekarang tertahan di Azerbaijan. Belum ada kepastian kapan sampai di Indonesia," ungkap Maryamah saat ditemui di rumahnya di Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, pada Kamis (26/6/2025).

Sayyida tertahan di Azerbaijan

Sayyida termasuk dalam kloter ketiga evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Iran dan saat ini berada di Baku, Azerbaijan, dalam perlindungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).

Dalam komunikasi terakhir dengan putrinya, yang terjadi pada Rabu (25/6/2025) malam sekitar pukul 21.00 WIB, Sayyida memberitahukan bahwa jadwal penerbangannya kembali tertunda.

"Dia bilang pesawatnya delay. Jadi nggak jadi berangkat semalam. Balik lagi ke hotel. Saya tanya, ‘Tinggal di mana sekarang?’ Katanya masih di hotel, belum ada kepastian," jelas Maryamah.

Cemas meski putrinya menenangkan

Sebagai seorang ibu, Maryamah mengaku tidak dapat menghindari perasaan khawatir meski Sayyida selalu berusaha menenangkan keluarganya.

"Namanya ibu, ya tetap saja cemas meskipun disuruh tenang. Anaknya sih selalu bilang, ‘Mamah tenang, tenang aja.’ Tapi sampai sekarang belum pulang, belum ketemu," ucapnya lirih.

Maryamah mengungkapkan bahwa dia sempat merasa sakit karena stres setelah mendengar kabar tentang konflik yang terjadi di Iran.

Sayyida, yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, pernah menceritakan bahwa dia sering mendengar suara ledakan ketika situasi mulai memanas.

“Dia cerita katanya sempat dengar ledakan-ledakan. Tapi kata dia, mereka langsung cari perlindungan pas awal denger itu. Kita kan di sini panik ya, namanya orang tua,” kata Maryamah.

Harapan untuk pulang selamat

Maryamah merasa bersyukur karena proses evakuasi berjalan lancar dan putrinya berada dalam kondisi baik, meskipun Sayyida bersama sejumlah mahasiswa lainnya masih menunggu kepastian penerbangan pulang ke Tanah Air.

Dia juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memfasilitasi evakuasi para WNI.

"Semoga anak saya bisa segera pulang dengan selamat," harap Maryamah.

Ketidakpastian yang dihadapi Sayyida dan keluarganya menunjukkan betapa sulitnya menghadapi situasi ketika keamanan berada di ujung tanduk.

Meskipun waktu berlalu, harapan akan kepulangan Sayyida tetap membara dalam hati Maryamah.

https://bandung.kompas.com/read/2025/06/26/152557578/maryamah-cemas-menanti-kepulangan-putrinya-dari-iran-yang-tertahan-di

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com