Tindakan itu bukan tanpa makna. Dedi ingin para birokrat menyaksikan langsung kondisi kumuh yang selama ini luput dari perhatian, sekaligus menyadari tanggung jawab mereka terhadap wajah provinsi yang mereka layani.
“Yang pertama barangkali menjadi aneh, kenapa saya ngajak ke sini? Sebenarnya saya ngajak ke sini untuk ingetin semua,” ujar Dedi dalam pidatonya yang dikutip dari akun YouTube Lembur Pakuan Channel, Kamis (3/7/2025).
Menurutnya, jalur tersebut penuh dengan kesemrawutan: warung liar, sampah berserakan, parkir semrawut—padahal itu masih dalam wilayah Provinsi Jawa Barat.
“Jangan ngomong pekerjaan, jangan ngomong kewenangan. Ini wilayah provinsi Jawa Barat, yuk kita benahi rame-rame,” tegas Dedi di hadapan para pejabat yang baru dilantik.
Ia menekankan bahwa pejabat provinsi harus menjadi regulator aktif, bukan hanya sekadar pelaksana kebijakan.
“Regulator itu artinya dia bergerak. Kalau yang digerakkan macet, maka kita harus mengambil inisiatif untuk menyelesaikan,” katanya.
Dedi bahkan sudah menginstruksikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk mendata seluruh jalan nasional di Jawa Barat yang tampak kumuh dan tidak tertangani. Ia juga menyebutkan perlunya melibatkan patroli dan petugas kebersihan untuk menjaga area-area tersebut tetap rapi.
Lebih jauh, Dedi menyampaikan visi spiritual di balik kebijakannya. Ia mengajak seluruh pejabat untuk kembali memaknai Jawa Barat sebagai “sepenggal tanah dari surga”.
“Jawa Barat itu diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. Tapi oleh kita, tanah surga ini dijadikan neraka. Jalannya rusak, drainasenya mampet, sungainya kotor, got-gotnya hitam, orang-orangnya bertengkar tiap hari,” ungkap Dedi penuh keprihatinan.
Ia mengatakan bahwa dirinya tak ingin bermimpi kosong, tapi ingin mengembalikan kondisi Jawa Barat ke bentuk aslinya—indah, tertib, dan manusiawi.
“Saya harus mengembalikan. Kembali Jawa Barat-nya, kemudian orangnya,” pungkasnya.
https://bandung.kompas.com/read/2025/07/03/123136178/alasan-dedi-mulyadi-lantik-pejabat-jabar-di-kolong-tol-cileunyi-sumedang