BANDUNG, KOMPAS.com — Wali Kota Bandung Muhammad Farhan kembali buka suara soal polemik pengelolaan Kebun Binatang Bandung yang berujung pada penutupan sementara fasilitas konservasi itu.
Ia mengaku gerah melihat konflik berkepanjangan antara dua pihak pengelola yang tak kunjung menemukan solusi.
Saat ini, pengelolaan Kebun Binatang Bandung dilanda dualisme antara Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) dan Taman Safari Indonesia (TSI).
Situasi ini menimbulkan miskomunikasi dalam perawatan satwa, bahkan disebut-sebut telah menyebabkan kematian beberapa hewan.
“Iya, makanya saya mengimbau pada manajemen jangan berantem terus. Aparat sudah turun, pemerintah sudah turun, kurang apa? Ini lama-lama kita capek ngurusnya, karena berantem internal terus,” ujar Farhan dikutip dari Tribun Jabar, Kamis (3/7/2025).
Farhan menyebut pemerintah sudah berulang kali turun tangan dan memfasilitasi pertemuan untuk meredam konflik. Namun, setiap ada kesepakatan, perseteruan selalu kembali terulang.
“Tiap kali kita turun, berembuk, ada kesepakatan, kita pulang, terus berantem lagi, berembuk lagi, berantem lagi. Terus masing-masing pihak membawa nama-nama besar. Enggak usah bawa nama-nama besar lah, ini Kota Bandung, sok selesaikan,” tegasnya.
Menurut Farhan, jika konflik tidak segera berakhir, semua pihak akan menanggung kerugian. Ia juga menegaskan bahwa izin konservasi eks situ yang dipegang saat ini adalah tanggung jawab pihak yayasan, bukan pemerintah.
“Kenapa? Karena izin konservasi eks situ dari Kementerian Kehutanan jatuhnya kepada yayasan, bukan kepada pemerintah. Buktikan bahwa Anda cukup bertanggung jawab untuk menerima izin tersebut,” ucapnya.
Lebih lanjut, Farhan mengingatkan bahwa selama ini pemerintah sudah cukup longgar, bahkan memberikan lahan tanpa pungutan sewa kepada pengelola. Sayangnya, konflik internal terus berulang.
“Tanah punya pemerintah, enggak pernah bayar sewa, enggak pernah bagi hasil, enggak ada masuk ke pemerintah. Itu ada pajak, tapi kan tidak mungkin kita samakan dengan pajak hiburan karaoke. Kan ini pajak edukatif, kecil sekali, kurang apa kita, tapi bentar-bentar berantem,” katanya.
Karena mediasi yang dilakukan berulang kali tidak pernah berhasil, Farhan pun menyatakan enggan lagi menjadi penengah. Ia menegaskan masalah ini harus diselesaikan oleh kedua belah pihak secara dewasa.
“Enggak akan (mediasi), sudah capek saya. Memediasi sudah berkali-kali, tapi tetap berantem ya sok selesaikan. Enggak tahu (siapa yang benar). Saya bukan hakim, kami bukan pengadilan,” ujarnya.
Selama empat bulan terakhir, pemerintah kota sudah memfasilitasi beberapa kali pertemuan mediasi. Namun karena tak kunjung rampung, pihaknya akan melibatkan Kementerian Kehutanan untuk mengevaluasi kembali izin konservasi.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Farhan Mulai Muak Selesaikan Masalah Kebun Bintang Bandung, 'Setelah Ada Kesepakatan, Berantem Lagi'
https://bandung.kompas.com/read/2025/07/03/172103178/farhan-gerah-konflik-bandung-zoo-tak-kunjung-selesai-capek-saya-bentar