Salin Artikel

Teras Cihampelas, Mimpi Ridwan Kamil yang Ingin Dibongkar Dedi Mulyadi

Jembatan pedestrian di atas udara atau skywalk itu diharapkan menjadi magnet bagi para pelancong yang hendak berwisata di Bandung, khususnya di kawasan sentra jins, Cihampelas. 

Empunya gagasan pembangunan Skywalk atau Teras Cihampelas adalah Wali Kota Bandung kala itu, Ridwan Kamil.

Ia pula yang mengeklaim bahwa Teras Cihampelas merupakan satu-satunya jembatan khusus pejalan kaki di Indonesia. 

Menurut dia, memindahkan area pedestrian ke atas jalan, merupakan kreasi dalam membangun kota di tengah melangitnya harga tanah dan bangunan.

Apalagi di daerah Cihampelas yang merupakan daerah wisata. 

"Di dunia yang sempit ini membangun itu tidak harus selalu di atas tanah, membangun itu bisa di atas jalan, membangun itu bisa di bawah tanah. Ini adalah contoh kita berkreasi pada saat tanah tidak memungkinkan, kita melakukan yang namanya skywalk," kata Emil saat menyampaikan pidato peresmian Teras Cihampelas, 4 Februari 2017. 

Tidak hanya sekadar menciptakan infrastruktur berkonsep unik dan bernilai kebaruan.

Pria yang akrab disapa Emil ini punya niat luhur untuk memberikan kenyamanan serta pengalaman baru kepada pejalan kaki lewat gagasan Skywalk. 

"Konsepnya suatu hari orang bisa berjalan kaki ke mana saja di Kota Bandung tanpa ketemu mobil dan motor. Suatu hari di negara maju juga seperti itu. Mimpi ini kita namakan jalur pejalan kaki di atas jalan. Mimpi besarnya bikin jalur pejalan kaki sepanjang rel kereta dari Barat ke Timur Bandung," ujar Emil saat itu. 

Meski sempat sepi dan kurang dimanfaatkan oleh pejalan kaki karena dianggap tidak efisien lantaran harus naik lewat tangga, Emil mengatakan bahwa Teras Cihampelas didesain agar membawa pejalan kaki agar lebih dekat dengan alam Kota Bandung yang punya hawa sejuk.

Sebab, Teras Cihampelas didesain melewati Pohon-pohon besar yang berada di sepanjang Jalan Cihampelas.

Kerindangan pohon di sepanjang Skywalk menambah nuansa alami di tengah kesibukan aktivitas perkotaan. 

Dalam pembangunannya, Teras Cihampelas menelan biaya hingga Rp 48,5 miliar dan hanya menempuh proses pengerjaan selama tiga bulan. 

Tidak hanya menciptakan arena baru untuk pejalan kaki saja, Teras Cihampelas kala itu menjadi salah satu strategi Pemkot Bandung untuk menatadan menertibkan kawasan wisata Cihampelas yang dipadati lapak-lapak pedagang kaki lima di kanan kiri jalannya. 

Pada waktu itu, tidak kurang dari 192 pedagang kuliner dan suvenir dipindahkan ke Teras Cihampelas dan menempati kios yang dicat berwarna warni.

Namun ketika pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, para pedagang terutama yang berjualan souvenir satu demi satu tumbang, bangkrut, habis modal dan tidak sanggup lagi berjualan saat ini. 

Kini, hanya tinggal 30-an pedagang awal yang bertahan di Teras Cihampelas. Semuanya berniaga kuliner. 

Teras Cihampelas pun berupaya untuk memfasilitasi pengunjung disabilitas.

Namun, jika hari ini berkunjung ke Teras Cihampelas, akan terlihat satu lift khusus penyandang disabilitas yang saat ini sudah rusak, tidak terpakai dan penuh coretan. 

Untuk akses menuju antar teras, tersedia pula jalur khusus yang bisa dilewati kursi roda. 

Dedi meminta Farhan untuk membongkar bangunan tersebut.

Menurut Dedi, pedestrian Teras Cihampelas justru membuat kawasan yang dulunya dikenal sebagai pusat jins itu kini semrawut, macet, dan berbau tak sedap.

"Pak Wali Kota harus merapikan Jalan Cihampelas karena jalannya menyempit dan bau haseum (asam)," kata Dedi saat bersama Farhan di Bandara Husein Sastranegara Bandung, Rabu (2/7/2025).

"Pak Wali Kota ini saya lihat pemberani, tetapi ada sedikit takutnya," ujarnya sambil tertawa.

Menanggapi itu, Farhan menyatakan kesiapannya untuk melakukan penataan Jalan Cihampelas.

"Siap, Pak Gubernur, sekarang lagi proses," kata Farhan.

Namun, Farhan menegaskan bahwa pembongkaran Teras Cihampelas tak bisa dilakukan begitu saja.

Ia menyebut ada proses administrasi, hukum, hingga perizinan yang panjang sebelum keputusan itu bisa diambil.

"Sambil menunggu usulan-usulan lainnya, karena saya mesti bicara dengan DPRD, saya mesti bicara dengan Badan Keuangan dan Aset Daerah," ujarnya.

Warga dan pedagang tolak pembongkaran

Rencana pembongkaran Teras Cihampelas yang diusulkan Dedi justru ditolak oleh warga dan pedagang kaki lima yang berjualan di sana

"Buat apa dibongkar, sudah tanggung, mendingan ditata lagi saja biar lebih nyaman," ujar Taufik Budi Santoso, warga Cimaung.

Aan Suherman, pedagang nasi ayam goreng di teras 7, mengaku omzetnya bisa mencapai Rp 800.000 hingga Rp 1,5 juta per hari.

Ia khawatir akan kehilangan pelanggan jika relokasi dilakukan.

https://bandung.kompas.com/read/2025/07/04/134948178/teras-cihampelas-mimpi-ridwan-kamil-yang-ingin-dibongkar-dedi-mulyadi

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com