Salin Artikel

Warga Nekat Pagar Bambu di Jalan Utama Antar Kecamatan, Kecewa Belasan Tahun Rusak Parah

Penutupan dilakukan dengan memanfaatkan pagar bambu dan pohon pisang di kedua sisi jalan, menyebabkan akses warga lumpuh total.

Aksi penutupan ini menjadi viral setelah potongan video yang menunjukkan warga memasang pagar bambu di tengah hujan deras dibagikan di grup aplikasi WhatsApp.

Dalam video lain, terlihat seorang pengendara motor terjatuh di jalan yang rusak, sementara yang lain tampak kesulitan mendorong motornya di jalanan yang berlumpur.

Pantauan Kompas.com di lokasi menunjukkan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan.

Sejumlah warga memperlihatkan jalan yang dipenuhi tanah dan genangan air, tanpa terlihatnya aspal di permukaan.

Sebagian besar jalan terdiri dari tanah dan bekas material urugan.

Ahmad Yunus, seorang warga Blok Pahing Desa Japura Kidul, mengungkapkan bahwa aksi tutup jalan ini merupakan bentuk kekecewaan warga terhadap pemerintah.

Menurutnya, pemerintah telah lalai dan abai dalam memperbaiki jalan tersebut, yang sudah mengalami kerusakan parah selama lebih dari 15 tahun.

"Rusak parah, ini tanah, kurang lebih 15 tahun rusak begini, belum dibetulin, jadi ini ekonomi lumpuh. Ini ditutup karena kekesalan warga supaya cepat diperbaiki," kata Yunus saat ditemui Kompas.com di lokasi.

Lebih lanjut, Yunus menambahkan bahwa kerusakan jalan ini telah memakan sembilan korban dari Desa Japura Kulon, Japura Lor, dan terutama Desa Beringin.

Jalan tersebut merupakan akses utama yang menghubungkan ketiga desa di dua kecamatan, dengan panjang kerusakan lebih dari satu kilometer dan titik terparah sepanjang 500 meter.

Heriyanto, Kepala Desa Japura Kidul, mengatakan bahwa mereka telah melakukan perbaikan mandiri dengan cara pengurugan.

Namun, ia mengakui tidak bisa memperbaiki jalan secara menyeluruh karena status jalan tersebut merupakan jalan poros kabupaten, bukan jalan desa yang menjadi kewenangan pemerintah desa.

Ia meyakini bahwa jika dana desa diizinkan untuk memperbaiki jalan kabupaten, perbaikan sudah dilakukan sejak lama.

Heriyanto juga menyatakan bahwa ia telah berkomunikasi dengan tiga kepala desa lainnya dan semuanya telah melaporkan kondisi ini ke Pemerintah Kabupaten Cirebon.

"Untuk jalan ini, kami sudah berupaya dengan memakai urugan biar tidak membahayakan. Untuk anggaran dana desa tidak bisa, karena ini jalan poros Kabupaten Cirebon yang menghubungkan tiga desa di dua kecamatan. Secara aturan tidak boleh pakai dana desa. Kalau boleh, satu tahun juga sudah diperbaiki," kata Heriyanto.

Ia menambahkan bahwa ketiga kepala desa yang biasa melintasi jalan tersebut sudah melakukan koordinasi.

Jika dana desa diizinkan untuk memperbaiki jalan kabupaten, mereka akan berembuk dan patungan untuk pelaksanaannya.

Heriyanto berharap pemerintah segera turun tangan agar masyarakat dapat kembali beraktivitas dengan leluasa dan roda ekonomi desa dapat berjalan normal kembali.

https://bandung.kompas.com/read/2025/07/08/123849878/warga-nekat-pagar-bambu-di-jalan-utama-antar-kecamatan-kecewa-belasan-tahun

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com