Salin Artikel

Haru Neisya Fuji Usai Jasad Ibu Pekerja Migran Akan Dipulangkan: Terima Kasih Presiden...

CIREBON, KOMPAS.com - Neisya Fuji Lestari (21), anak dari Tasmi, seorang buruh migran, menangis haru setelah nasib jasad ibunya yang meninggal dunia di Malaysia akhirnya menemukan titik terang.

Pemerintah berencana memulangkan jasad Tasmi ke Indonesia pada Selasa mendatang.

Fuji mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto dan Kementerian Luar Negeri yang telah merespons cepat.

Tangis Fuji pecah di halaman rumahnya. Dia memeluk bibi dan sejumlah keluarganya.

Momen haru ini terjadi setelah pihak kepolisian Polres Cirebon Kota, bersama pemerintah dan masyarakat setempat, mengunjungi Fuji di rumahnya pada Sabtu (12/7/2025) siang.

Fuji menceritakan bahwa jasad Tasmi, ibunya yang meninggal di Malaysia dan belum jelas kepulangannya, kini akan segera dipulangkan.

Tim Kementerian Luar Negeri mengabarkan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan Pemerintah Malaysia.

Mereka akan merencanakan kepulangan jasad Tasmi dari salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur.

"Sangat terima kasih, saya hanya rakyat kecil, tidak percaya suara saya bisa didengar dan membuahkan hasil. Terima kasih Pak Presiden, saya enggak nyangka, pemerintah mengusahakan, jasad ibu saya akan dipulangkan," kata Fuji saat ditanya Kompas.com di lokasi, pada Sabtu (12/7/2025) siang.

Fuji mengungkapkan bahwa dirinya sempat pesimistis dan frustrasi saat mendengar ibunya meninggal dunia pada Rabu (9/7/2025) waktu setempat.

Dia memberikan kabar duka itu kepada Apandi, adik kandung Tasmi.

Keduanya tidak tahu harus berbuat apa untuk dapat memulangkan jasad Tasmi.

Fuji, anak satu-satunya Tasmi, menyebut ibunya sudah mengeluh sakit sejak beberapa waktu lalu.

Dua minggu lalu, bahkan ibu mengabarkan sudah masuk rumah sakit karena serangan diabetes yang dialaminya.

Tasmi sempat menyampaikan keinginannya untuk pulang, tetapi tidak punya biaya.

Begitu pun anaknya yang merespons keinginan ibu pulang, juga tak punya biaya.

Pertemuan fisik Fuji dan Tasmi terjadi pada tahun 2013 silam, saat Tasmi masih berusia 8 tahun atau duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.

Tasmi bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sebagai asisten rumah tangga.

Dia sempat berpindah-pindah tempat dan tidak banyak diceritakan kepada Fuji.

Fuji hanya mengetahui bahwa komunikasi dengan sang ibu lancar dan tidak mengeluh tentang masalah.

Beberapa pekan lalu, Tasmi sudah sakit-sakitan. Fuji juga meminta ibunya pulang.

Belum sempat pulang, Tasmi sudah meninggal dunia lantaran sakit yang semula diabetes meningkat hingga komplikasi.

Apandi dan Fuji berupaya melapor ke pemerintah setempat, berbagai pihak, hingga kepolisian.

Beberapa di antaranya turut membantu melalui media sosial, hingga akhirnya menarik perhatian publik.

Tak disangka, informasi mengenai kematian Tasmi dan ketidakpastian kepulangannya ditangani oleh pemerintah.

Fuji pun mengucapkan terima kasih kepada media massa dan Presiden yang telah membantu proses pemulangan jenazah ibunya ke tanah air.

Polisi sebut jasad Tasmi akan dipulangkan pekan depan.

Keterangan Kepolisian

Kapolres Cirebon Kota, AKBP Eko Iskandar, menyampaikan bahwa setelah menerima laporan awal, ia segera berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

Ia juga menerima kabar lanjutan dari penanganan di tingkat pusat yang menyatakan pemerintah langsung bergerak cepat.

Eko menyebut saat ini, jasad Tasmi masih berada di salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur.

Proses pemulangan dijadwalkan akan dilaksanakan pada Selasa depan, waktu setempat.

Pihak kepolisian akan mengamankan proses pemulangan hingga pemakaman.

"Informasi yang kami dengar hari Selasa depan, saat ini masih di rumah sakit, dan sedang dalam proses. Kami juga akan dampingi dan lakukan pengamanan," kata Eko saat ditemui Kompas.com usai mengunjungi rumah Fuji, Sabtu (12/7/2025) siang.

Seperti diberitakan sebelumnya, Tasmi adalah buruh migran asal Karang Baru RT 3 RW 3, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Ia meninggal dunia di tempat kontrakannya di Malaysia karena sakit diabetes yang dideritanya.

Keluarga sangat berduka.

Mereka juga sempat kebingungan karena proses pemulangan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Kini, keluarga merasa tenang setelah pemerintah dikabarkan membantu proses pemulangan.

https://bandung.kompas.com/read/2025/07/12/160215478/haru-neisya-fuji-usai-jasad-ibu-pekerja-migran-akan-dipulangkan-terima-kasih

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com