Korban diduga nekat mengakhiri hidupnya karena mengalami tekanan mental dan keputusasaan usai dinyatakan tidak naik kelas.
Dalam keterangannya, Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa ia telah menemui langsung orangtua almarhum untuk mendengar penjelasan mereka terkait peristiwa tragis tersebut.
Dari informasi awal yang disampaikan sang ibu, kuat dugaan bahwa PNT mengalami tekanan berat karena penurunan nilai akademik yang menyebabkan dirinya tidak naik kelas.
"Saya sudah menemui ibu dan ayahnya almarhum. Berdasarkan keterangan dari ibunya, ada dugaan kuat almarhum mengalami keputusasaan karena nilai pelajarannya menurun dan akhirnya dinyatakan tidak naik kelas," ujar Dedi Mulyadi dalam video dan dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (17/7/2025).
Gubernur Dedi juga mengatakan bahwa Pemprov Jawa Barat akan segera memediasi pertemuan antara pihak keluarga dengan SMA Negeri 6 Garut, termasuk wali kelas dan guru-guru yang bersangkutan.
Dua guru yang disebut akan dilibatkan dalam proses klarifikasi dan mediasi adalah guru Bahasa Indonesia dan guru Fisika, mata pelajaran yang disebut berpengaruh pada penurunan nilai PNT.
"Kami akan mempertemukan orangtua almarhum dengan pihak sekolah, termasuk wali kelas dan guru mata pelajaran. Tujuannya agar akar permasalahan bisa ditemukan dan diselesaikan secara menyeluruh. Semua pihak saya minta tetap tenang, karena kami akan menangani ini hingga tuntas," tegas Dedi.
Dedi Mulyadi juga menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam dunia pendidikan, terutama dalam memperlakukan siswa yang tengah menghadapi kesulitan belajar.
Ia berharap tragedi ini menjadi evaluasi bersama bagi seluruh pihak agar peran guru, sekolah, dan lingkungan bisa lebih peka terhadap kondisi psikologis siswa.
Pemprov Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan juga akan memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga korban serta melakukan evaluasi terhadap sistem penilaian dan komunikasi sekolah di seluruh Jawa Barat.
"Insya Allah Gubernur Jawa Barat akan menangani masalah ini sampai tuntas," pungkasnya.
Bunuh diri karena tidak naik kelas
Seorang remaja berusia 16 tahun di Garut diduga melakukan bunuh diri pada Senin pagi, 14 Juli 2025, bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah setelah libur.
Kasus ini menjadi perhatian publik setelah sang ibu mengungkap kisah tragis putranya melalui media sosial, menyebut anaknya menjadi korban bullying karena dituduh melaporkan teman-teman yang menggunakan vape di kelas.
Unggahan sang ibu di Instagram sejak Juni 2025 telah menarik simpati luas netizen. Ia juga menyebut anaknya dinyatakan tidak naik kelas oleh pihak sekolah dan disarankan pindah jika ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Wakil Bupati Garut Putri Karlina mengaku sudah memantau kasus ini sejak tiga minggu sebelumnya dan telah meminta UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) mendampingi korban. Namun, sebelum pendampingan lanjutan bisa dilakukan, korban sudah meninggal dunia.
Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin membenarkan bahwa remaja tersebut meninggal karena bunuh diri di rumahnya, berdasarkan pemeriksaan tim Inafis dan tim medis.
Sementara itu, Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya tindakan bullying. Menurutnya, istilah bullying baru mencuat setelah siswa tersebut dinyatakan tidak naik kelas akibat nilai tujuh mata pelajaran yang tidak tuntas.
Ia menambahkan bahwa pihak sekolah telah memanggil orang tua sebelum rapat pleno kenaikan kelas dilakukan.
Kontak bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
https://bandung.kompas.com/read/2025/07/17/104521078/dedi-mulyadi-tangani-kasus-siswa-sma-garut-bunuh-diri-karena-tak-naik-kelas