Salin Artikel

Mahasiswa Kabupaten Bandung Demo di Jembatan Dayeuhkolot, Tuntut Transparansi dan Keamanan

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat (GEMA) Kabupaten Bandung melakukan aksi unjuk rasa di Jembatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Aksi yang dilakukan pada Sabtu (19/7/2025) lalu tersebut ramai diperbincangkan di media sosial Instagram.

Video serta beberapa unggahan foto yang memperlihatkan sejumlah mahasiswa tengah berorasi dipublikasikan di beberapa akun Instagram.

Tak hanya itu, unggahan foto momen beberapa mahasiswa tengah memasang tulisan berisi tuntutan pun diunggah oleh akun GEMA Kabupaten Bandung.

Ketua BEM Universitas Sali-Aitaam Muhamad Indra Wijaya mengatakan, aksi tersebut merupakan mimbar bebas yang merupakan akumulasi dari keresahan masyarakat Kabupaten Bandung untuk meminta transparansi terkait renovasi Jembatan Dayeuhkolot.

Indra mengaku pihaknya terlebih dahulu berkonsolidasi dengan masyarakat untuk mendiskusikan ihwal renovasi Jembatan Dayeuhkolot.

"Tuntutan untuk aksi yang kemarin itu, pertama kan memang sekarang kami lagi permohonan transparansi dan akuntabilitas, memang ini sudah lama proyek ini pada tahun 2022 itu terkait yang mau dibuat jembatan ulang dengan angka kalau di Rp 55 miliar. Namun, tidak ada realisasi dari pihak provinsi karena itu jalan provinsi," katanya dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (21/7/2025).

Dia menjelaskan, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menyiapkan anggaran sebesar Rp 6 miliar untuk rehabilitasi Jembatan Dayeuhkolot.

Namun, dia menyebut sejauh ini tidak ada transparansi serta akuntabilitas terkait renovasi dan rehabilitasi proyek Jembatan Dayeuhkolot.

Selain itu, GEMA juga menyoroti maraknya kecelakaan lalu lintas yang sempat menelan korban jiwa lantaran belum diperbaikinya Jembatan Dayeuhkolot.

"Sampai ada mobil waktu itu tahun 2022 itu sampai terbalik gara-gara jembatannya rusak. Jadi ya kami pengin percepatlah gitu. Jangan lama-lama lagi dan jangan sampai ada dana yang digelapkan. Makanya kami awasi sampai dari mulai sekarang sudah ada tuh papan informasi terkait pendanaan tersebut," ujar dia.

Secara tegas GEMA, kata Indra, menuntut Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi agar memperhatikan hal tersebut.

Tak terkecuali, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung yang saat ini dipimpin Bupati Bandung Dadang Supriatna.

"Jadi, tuntutannya itu ke provinsi. Cuman kan memang dari hierarkinya itu dari Pemkab terlebih dahulu. Lalu nanti dan Pak Dedi pun mungkin sudah lihat ya soal aksi ini dan kemarin pun memang itu aksi dari massa itu sedikit tapi dari pihak kepolisian banyak," tuturnya.

Selain mimbar bebas, aksi pemasangan banner dan spanduk berisi tuntutan juga dilakukan oleh massa.

Indra mengungkapkan, percepatan proyek renovasi Jembatan Dayeuhkolot akan berdampak secara langsung pada masyarakat, terutama para pengendara.

Sebelumnya, di masa Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Pemprov Jabar membangun jembatan alternatif dengan luas hanya 3x2 meter saja dengan kapasitas 5 ton.

Meski sampai saat ini, jembatan alternatif itu digunakan oleh para pengendara, Indra menilai jembatan alternatif itu rentan.

"Kalau misalkan terjadi macet, apalagi di jam-jam sibuk, itu jembatan bisa macet gitu. Jadi berbahaya gitu, kalau tidak ada tidak lanjut percepatan dari pemerintah tersendiri. Kami memang pengin kualitas keamanan itu yang berkualitas. Jadi terjamin warga yang lewat ke sana," ungkap dia.

Saat ini, pihaknya tengah berupaya meminta surat permohonan transparansi dan akuntabilitas soal proyek tersebut.

Hal itu dilakukan agar GEMA, khususnya warga Kabupaten Bandung, bisa memantau sejak awal dan sampai proyek itu selesai.

Jika surat tersebut tidak didapatkan, GEMA akan kembali menggelar aksi serupa.

"Ya kalau enggak digubris ya terus lah jangan jasih kendur. Jadi jelas bakal kami akan ada aksi lainnya kalau misalkan tidak ada respons dari pemerintah, bakal ada aksi lagi besar-besaran dan bahkan ya bakal mengundang dari seluruh elemen masyarakat, bukan dari Dayeuhkolot doang, dari luar juga bakal kami undang untuk kepastian," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/07/21/152410178/mahasiswa-kabupaten-bandung-demo-di-jembatan-dayeuhkolot-tuntut-transparansi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com