Salin Artikel

Penjelasan MAN 1 Cianjur soal Sumbangan Orangtua yang Dibahas Dedi Mulyadi

CIANJUR, KOMPAS.com – Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur menjelaskan terkait sumbangan orangtua siswa yang dibahas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di akun media sosialnya.

MAN 1 Cianjur sendiri menyampaikan kekecewaannya terhadap pernyataan Dedi Mulyadi terkait dugaan pungutan dana dari orangtua siswa yang dianggap tak sesuai aturan. Sebab pernyataan tersebut disampaikan ke publik tanpa konfirmasi terlebih dahulu.

"Sumbangan tersebut ada aturannya dan bersifat sukarela," kata Humas MAN 1 Cianjur, Rahman Jaenudin dikutip dari Tribun Jabar, Kamis (24/7/2025).

Ia menyebutkan dasar hukum yang digunakan adalah Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 16 Tahun 2020 dan Keputusan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) No. 3601 Tahun 2024.

"Tidak ada paksaan. Memang ada blanko beredar dengan nominal, tapi itu bukan dari kami. Resmi dari sekolah tidak mencantumkan angka, dan orangtua bebas mengisi sesuai kemampuan," tegasnya.

Iuran untuk Operasional dan Gaji Honorer

Rahman menjelaskan, dana yang dikumpulkan digunakan untuk membiayai kegiatan sekolah yang tidak tercover oleh dana BOS, seperti Asesmen Tengah Semester (ATS) dan kegiatan ekstrakurikuler yang membutuhkan pelatih dari luar.

"Di sini masih banyak guru dan tenaga tata usaha yang statusnya honorer. Karena itu kami butuh iuran dari orangtua untuk menutupi kebutuhan operasional," ucapnya.

Ia juga menyayangkan keterlambatan Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang seharusnya cair sejak Maret 2025.

"Karena belum turun, sejumlah guru honorer pun belum menerima honor mereka," tambahnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti adanya pungutan di MAN 1 Cianjur yang disebut mencapai jutaan rupiah. Ia menyampaikan kritik tersebut melalui akun media sosial pribadinya.

"Kalau dana BOS dan BPMU sama antara SMA dan MAN, kenapa di SMA tidak ada pungutan, tapi di MAN ada?" ujar Dedi, Rabu (23/7/2025).

Menanggapi itu, Rahman menyebut pernyataan tersebut menyesatkan. Menurutnya, ada perbedaan jumlah antara dana BOS SMA dan madrasah.

"BOS di MAN itu hanya Rp 1,5 juta per siswa per tahun. Sementara di SMA, bisa mencapai Rp 1,9 juta. Belum lagi dana BPMU kami belum cair, sedangkan di SMA sudah cair sejak Maret," jelas Rahman.

MAN 1 Cianjur: Jangan Samakan Madrasah dengan SMA

Pihak sekolah menegaskan, walau sama-sama mendapatkan BOS dan BPMU, mekanisme pencairan dan kebutuhan tiap sekolah berbeda. Khusus madrasah, dana BPMU dikoordinasi melalui Kementerian Agama, bukan langsung dari dinas pendidikan provinsi.

"Silakan dicek, sampai sekarang madrasah se-Jawa Barat belum menerima BPMU. Jangan samakan sistem MAN dengan SMA," ucap Rahman.

Ia berharap publik tidak cepat menilai negatif madrasah hanya karena belum memahami konteks dan realitas di lapangan. "Kami terbuka untuk diklarifikasi. Jangan sampai sekolah jadi korban dari persepsi yang keliru," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul MAN 1 Cianjur Menyayangkan Pernyataan Dedi Mulyadi Soal Iuran dari Orangtua Siswa

https://bandung.kompas.com/read/2025/07/25/073635778/penjelasan-man-1-cianjur-soal-sumbangan-orangtua-yang-dibahas-dedi-mulyadi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com