Salin Artikel

Pemugaran Situs Gunung Padang Dimulai, Arkeolog UI Pimpin 100 Peneliti Multidisiplin

CIANJUR, KOMPAS.com – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) mengenai Pembentukan Tim Kajian dan Pemugaran Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional Gunung Padang.

Ali Akbar, arkeolog dari Universitas Indonesia yang ditunjuk sebagai ketua tim, menjelaskan bahwa tim yang dipimpinnya terdiri dari 100 peneliti dari berbagai disiplin ilmu.

Di antara disiplin tersebut termasuk arkeologi, arsitektur, paleontologi, topografi, geografi, geologi, sedimentologi, geoteknik, geofisika, hidrologi, paleontologi, dan paleoseismologi.

"Termasuk ahli tradisi lisan, sosiokultural, sejarawan, dan juga pelibatan warga setempat dalam tim ini," ujar Ali kepada Kompas.com melalui telepon pada Selasa (19/8/2025).

Ali menambahkan bahwa tim bertugas untuk melaksanakan kajian pemugaran, studi teknis, menyusun perencanaan pemugaran, serta melaksanakan dan melaporkan hasil kajian dan pemugaran situs purba yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

"Penunjukan ini sebagai bentuk apresiasi dan kepercayaan yang diberikan pemerintah. Tentunya, ini menjadi tanggung jawab besar bagi kami," tuturnya.

Menurut Ali, SK kementerian ini sangat penting sebagai dasar hukum dan menunjukkan komitmen pemerintah, mengingat pemugaran membutuhkan waktu dan harus dilakukan secara berkelanjutan.

Ia juga menegaskan bahwa kajian dan pemugaran Situs Gunung Padang seharusnya dapat dilindungi oleh payung hukum yang lebih tinggi.

"Namun, legitimasi pemerintah ini patut disyukuri, mengingat selama sepuluh tahun terakhir praktis tidak ada aktivitas penelitian sama sekali," tambahnya.

Ali juga berharap agar pemerintah memahami pentingnya kajian dan pemugaran ini.

"Kami berharap, pemerintah dapat memahami hakikat dari kajian dan pemugaran ini. Kalau boleh tidak diburu-buru, mengingat lokasinya yang cukup besar," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ali menjelaskan, kajian dan pemugaran ini dirancang secara berkelanjutan untuk memungkinkan transfer ilmu pengetahuan.

"Jadi, tim utama ini punya asisten, dan para asisten dapat melibatkan para mahasiswanya supaya lebih memahami, menjadi ahli, dan bisa melanjutkan penelitian," tuturnya.

Ia menekankan bahwa hal ini penting dalam upaya penelitian berkelanjutan mengingat luasnya area Situs Gunung Padang yang mencakup 30 hektar dengan diameter bangunan 100 meter, serta berada pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

"Kita kan tidak pernah bisa melihat bentuk utuhnya itu seperti apa? Kalau mau studi banding juga, kemana, tidak ada acuannya, sehingga transfer of knowledge ini sangat penting," tutup Ali.

https://bandung.kompas.com/read/2025/08/19/072818078/pemugaran-situs-gunung-padang-dimulai-arkeolog-ui-pimpin-100-peneliti

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com