Salin Artikel

Cerita Saksi Mata Saat Temukan 5 Orang Keluarganya Tewas Terkubur di Indramayu: Kaki Saya Langsung Lemas...

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Kematian lima orang yang merupakan satu keluarga di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu masih menjadi misteri.

Jenazah korban yang terdiri dari kakek, anak, menantu, serta dua cucunya yang masih anak-anak itu ditemukan terkubur dalam satu lubang yang sama di dalam rumah dua lantai tempat tinggal mereka.

Insiden memilukan ini terungkap pada Senin (1/9/2025) sore.

Roemah (57), seorang saksi mata, mengatakan bahwa ia menjadi salah satu orang yang pertama kali menemukan korban.

Melihat pemandangan yang mengerikan tersebut, Roemah langsung menjerit.

Kedua kakinya lemas, ia juga tidak berhenti mengucap istigfar.

"Saya tuh lemes ininya (lututnya), ya Allah yang masih kecil juga dihabisi (dihilangkan nyawanya) semua," ujar dia sembari memegangi kedua lututnya saat bercerita.

Roemah menuturkan, penemuan kelima korban ini berawal saat ada teman dari Euis (salah satu korban) datang ke rumah tersebut pada Senin (1/9/2025) sekitar pukul 09.00 WIB.

Namun, tidak ada yang membukakan pintu atau merespons.

Mereka bahkan sampai menunggu di depan rumah hingga pukul 16.00 WIB sore.

Karena khawatir terjadi sesuatu, mereka mendatangi RT setempat untuk sama-sama mengecek kondisi korban.

Dari RT, mereka diarahkan ke rumah Roemah, yang kebetulan juga masih saudara dari almarhumah Siti Maskiroh, istri H Sahroni (korban).

"Jadi, orang bertiga ini ke rumah saya," ujar dia.

Roemah juga mengaku ada kekhawatiran karena sudah beberapa hari tidak bertemu dengan para korban, padahal rumah Roemah ini tidak jauh dari lokasi kejadian.

Ia pun kemudian meminta izin kepada saudaranya yang lain untuk mendobrak paksa pintu rumah tersebut.

Sempat Cari Kolong Kasur dan Pulang

Saat pintu berhasil dibuka, langsung tercium bau busuk yang sangat menyengat sampai membuat mual.

Roemah yang khawatir berusaha mencari korban, setiap ruangan pun ia geledah sampai mencari ke kolong tempat tidur.

Hasilnya nihil, rumah itu kosong tidak ada siapa pun.

"Ya sudah saya pulang, tetapi masih penasaran, barangkali ada di rumah yang lain, saya ke sana tetapi enggak ada," ujar dia.

Sampai akhirnya, diceritakan Roemah, ia kembali lagi ke rumah dua lantai tersebut bersama dengan anaknya.

Mata Roemah lalu tertuju pada gundukan tanah yang terdapat di rumah bagian belakang.

Dengan menggunakan pisau, Roemah mencoba mengorek tanah tersebut.

Ternyata di dalamnya ada mayat manusia, ia pun langsung menjerit ketakutan sekaligus kaget.

Teriakan Roemah ini terdengar oleh suaminya yang ada di luar.

Ketika dicek, mayat tersebut adalah H Sahroni dan kondisinya pun sudah membusuk.

Kejadian ini langsung dilaporkan ke polisi.

Di lokasi, petugas juga langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), termasuk melakukan upaya evakuasi terhadap jenazah kelima korban.

Pada kesempatan itu, Roemah sendiri turut penasaran kenapa proses evakuasi korban memakan waktu lama.

Di sisi lain, dari luar rumah juga terdapat dua mobil ambulans.

"Saya tanya ke bapak polisi, katanya tuh korbannya enggak cuma satu, terus saya tanya lagi ada berapa pak? Pak polisinya enggak berani ngomong, cuma tunjukkan 5 jari," ujar dia.

Kelima korban adalah H Sahroni (75), Budi (45) anak Sahroni, Euis (40) istri Budi, serta kedua anak Budi dan Euis yang diperkirakan berusia 8 tahun serta bayi 8 bulan.

Roemah sendiri setelah mengetahui fakta itu membuat kedua kakinya bergetar dan langsung lemas, ia juga tak berhenti mengucap istigfar.

"Ya Allah dihabisi semua, pelaku ini kok sadis banget," ujar dia.

Tidak berhenti di situ, Roemah juga mendapat keterangan dari pihak kepolisian bahwa Budi (salah satu korban) ditemukan dengan kondisi tangan dan kakinya terikat.

Kemudian, kondisi H Sahroni (korban) kepalanya dibekap pakai sarung.

Dugaan pembunuhan ini juga diperkuat dengan kondisi kamar tidur dan kamar mandi rumah korban yang terdapat bercak darah.

Roemah menuturkan, di rumah dua lantai inilah kelima korban tinggal.

Keseharian Korban

Adapun kesehariannya, korban biasa berjualan sembako di toko sembako yang tidak jauh dari rumah.

Ia sendiri tidak tahu secara pasti apakah korban punya musuh atau punya masalah dengan orang lain.

Mereka juga tidak pernah cerita ataupun curhat terkait masalah apa pun walau kepada saudara sendiri.

Dalam hal ini, keluarga hanya berharap misteri kematian kelima korban bisa cepat terungkap dan pelakunya segera ditangkap polisi.

"Sadis banget sampai anak kecil juga ikut dihabisi (dihilangkan nyawanya), harapannya semoga pelaku cepat tertangkap biar dapat hukuman yang setimpal," ujar dia.

Kasi Humas Polres Indramayu, AKP Tarno, menyampaikan bahwa polisi masih berusaha mengungkap misteri kematian lima orang yang terdiri dari satu keluarga tersebut.

Polisi menyebut, saat ini sudah ada lima saksi yang diperiksa untuk dimintai keterangan hingga dilakukannya otopsi terhadap jenazah seluruh korban.

Polisi juga melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengamankan beberapa barang bukti.

"Di antaranya yang kami amankan ada satu buah cangkul, satu buah ember kecil, satu buah seprei biru dengan bercak darah, serta satu buah terpal biru dengan bercak darah," ujar dia.

https://bandung.kompas.com/read/2025/09/03/093807278/cerita-saksi-mata-saat-temukan-5-orang-keluarganya-tewas-terkubur-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com