Salin Artikel

Cerita Tetangga Saksi Ibu dan 2 Anak Tewas Dalam Kontrakan di Bandung: Suami Panggil, Tak Ada Jawaban...

BANDUNG, KOMPAS.com - Yogi Ramdani (23 tahun), salah satu tetangga dari seorang ibu dan dua anak yang ditemukan tewas di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (5/9/2025), terkejut kala mendengar teriakan YS yang menemukan ketiga jenazah tersebut.

Ketiga anggota keluarga itu adalah EN (34) dan dua anaknya, AAP (9) dan AAP (11).

"Dari awal waktu suaminya pulang, dia manggil-manggil istrinya, tidak ada jawabannya. Waktu dia ke sini kan makin lama makin kencang suaranya, suara ketukannya," kata Yogi yang ditemui di lokasi.

Menurut kesaksian Yogi, semua tetangga langsung keluar usai mendengarkan teriakan YS, yang merupakan suami dari korban EN.

Dia membenarkan bahwa YS sempat menaiki kursi dan melihat ke ventilasi udara guna memastikan kondisi anggota keluarganya.

"Pas dia dilihat, ada kaki anaknya, yang dipanggil-panggil tidak ada," jelas dia.

Selanjutnya, semua tetangga mendobrak pintu kontrakan tersebut, dan benar saja, warga menemukan EN dalam keadaan tergantung, sementara dua anaknya tergeletak.

Yogi menuturkan bahwa YS histeris dan kakinya lunglai dalam keadaan sangat berat.

Warga setempat langsung memanggil aparat kepolisian, dan jenazah korban dibawa sekitar pukul 08.00 WIB.

"Sudah tahu itu, langsung pada laporan dulu, manggil polisi dulu. Iya, tadi jam delapan," jelas Yogi.

Dia tak menyangka dengan peristiwa tersebut.

Sosok korban terlihat baik dalam keseharian dan tak banyak interaksi dengan warga.

Diketahui keluarga itu tinggal di rumah kontrakan berukuran 6x6 meter persegi.

"Di rumah saja. Kesehariannya baik. Kan anaknya ada yang masih bayi. Jadi, jarang interaksi, tetapi emang kenal gitu, sering lihat, emang sering sapa gitu," kata dia.

Keterangan Kepolisian

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Bandung Kompol Luthfi Olot Gigantara mengatakan, dari hasil olah TKP ditemukan korban dalam posisi tergantung, sementara anak-anaknya ditemukan di ruang depan dan kamar dengan tali yang menjerat di leher kedua anak.

"Untuk posisi pintu dan jendela dalam keadaan terkunci dari dalam dan tidak ditemukan luka terbuka terhadap para korban," kata Olot.

Olot menjelaskan, pihaknya juga menemukan sebuah ponsel serta secarik kertas berisi curahan hati korban kepada suaminya dalam bahasa Sunda yang ditempel di dinding ruang tengah.

Barang bukti tersebut kini diamankan untuk penyelidikan lebih lanjut.

Saat ini, ketiga korban telah dievakuasi ke RS Sartika Asih Bandung untuk pemeriksaan forensik.

Pihak kepolisian juga tengah menangani kasus ini dengan memeriksa saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti yang ada di TKP.

Kontak Bantuan

Bunuh diri bisa terjadi disaat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/layanan-konseling-psikolog-psikiater/

https://bandung.kompas.com/read/2025/09/05/165916978/cerita-tetangga-saksi-ibu-dan-2-anak-tewas-dalam-kontrakan-di-bandung-suami

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com